Dua Kubu Perjalanan

 

ORANG YANG SALAH tidak selamanya salah di atas pendiriannya. Orang yang benar tidak pula melulu benar dalam upayanya. Selalu ada alasan, hal-hal yang pada akhirnya membuat seseorang menjadi salah, entah disengaja atau bahkan sebaliknya.

Orang itu selalu berjalan-jalan di jalanan yang bercabang. Terkadang, dia akan berbelok ke kanan, tidak lama ke kiri, atau justru kembali lagi ke arah berbelok-belok yang sebelumnya pernah ditempuh. Sementara, dia enggan untuk terus melaju di satu arah. #

Di sisi lain, ada orang yang teguh di satu arah. Perjalanan lurus ke depan tanpa berbelok-belok. Dia tidak pernah kembali, barang memiliki niat untuk berbelok pada salah satu cabang jalan pun tidak berkeinginan. Sebab, dia tahu, pada akhirnya sesuatu yang baik telah menantinya di ujung jalan sana.

Namun, perjalanan yang lurus tidak selamanya mulus. Terkadang, berlubang, terkadang rusak, terkadang harus berhenti lama untuk dilakukan perbaikan. Orang ini akan diuji dengan perjalanannya sendiri. Tentang, dia yang benar lalu menyalahkan perjalanan berbelok yang memang salah. Bahwa, orang itu memang pantas berjalan di perjalanan berbelok dan tidak pantas bergabung bersama orang ini di perjalanan yang lurus.

“Jauhi dia! Dia hanya akan menarikmu ke jalan yang berbelok, tidak berarah tanpa tujuan. Dia salah, dia berjalan di tempat yang salah. Dia tidak akan menemui kebaikan seperti kita menemukan kebaik di ujung jalan sana!”

Paling tidak, itu perkataan paling sensasional di kubu perjalanan yang lurus. Banyak perspektif yang pada akhirnya membuat mereka mengamini, tetapi tidak dengan seseorang yang memiliki sudut pandang lain dalam perjalanan yang berbelok.

Orang salah yang berjalan di perjalanan berbelok—salah—memang melalui jalanan yang tidak lurus. Dia hanaya merasa jalanannya mulus meski kenyataannya semua jalanan berbelok rusak parah. Namun, sesuatu membuatnya nyaman dibanding harus bergabung bersama kubu di perjalanan yang lurus.

Sementara, jauh di lubuk hati, ada sosok berteriak berseru untuk kembali ke jalan lurus itu, jalanan ini adalah kesalahan besar! Namun orang yang salah itu akan selalu merasa dirinya salah seperti klaim dari kubu di perjalanan lurus.

Sampai akhirnya, sesworang dari kubu perjalanan lurus menghampirinya, menyapanya, mengajak dirinya berbicara. Anehnya, orang yang benar itu tidak mengajak untuk ikut dengannya ke perjalanan lurus. Orang yang benar itu hanya berkunjung menjadi pendengar setia atas keluh kesahnya lalu kembali ke asalnya.

Orang yang benar itu datang setiap hari, dia merangkul, memberi sebuah kalimat-kalimat yang nyaman didengar, katanya, “Wah, perjalananmu menyenangkan, ya? Penuh tantangan, pasti kamu mengambil pelajaran kebaikan lebih banyak daripada aku.”

Orang yang salah merasa terenyuh, hatinya tadi semakin bersorak untuk segera meminta bantuan. Untuk pertama kalinya, orang yang salah itu bertanya, “Boleh aku berkunjung untuk selamanya ke perjalananmu?”

 

 

Next Post Previous Post
6 Comments
  • Secerahhatiku
    Secerahhatiku 5 Juni 2022 pukul 18.34

    Wah keren kak,tak melulu benar dan tak melulu salah. Itulah uniknya manusia ya

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 14.56

      Iyaa setiap orang punya sudut pandang sendiri.

  • Hilaschou
    Hilaschou 5 Juni 2022 pukul 21.54

    Untaian kalimat kak Vina tuh,, sesuatu banget ya. mengandung makna yang dalam. suka banget <3

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 14.56

      Makasih, Kakk. <3

  • Nia M Wardani
    Nia M Wardani 6 Juni 2022 pukul 22.16

    Jadi teringat masa-masa ketika harus mencari jalan yang lurus sendiri. Ingin berteriak kepada orang yang benar di jalan yang lurus,"Kenapa kalian tidak menarikku ikut dengan kalian?" Karena perasaan kebingungan adalah perasaaan yang sangat menfrustasikan

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 7 Juni 2022 pukul 14.57

      Sekarang udah enggak belok-belok lagi, yakk, Kakk.

Add Comment
comment url