Ketika Aku dan Saya Suka Menulis
BEBERAPA LAMA pernah berada pada posisi merendahkan diri sendiri secara harfiah. Mengutuk diri hingga merasa tidak ada gunanya. Mengalami masa-masa perang, perseteruan antara aku dan saya yang sengit. Ketika aku mencoba berpikir positif dan saya yang kian menobatkan diri sebagai manusia paling tiada dayanya.
Selama itu hanya berkutat pada ke mana diri ini akan dibawa. Alih-alih menata, menyusun, merancang, mencari-cari jalan keluar, sibuk merutuki diri sendiri yang dian di tempat tanpa melakukan apa pun. Amat membuang-buang waktu, memang.
Entah dari mana asalnya, ilham datang melerai perseteruan sengit yang bodoh. Dengan lantang ia memerintah untuk berjalan, menyeru untuk memulai, berteriak untuk memotivasi. Dalam kalimatnya berbunyi, “Perseteruan demgen diri sendiri tidak ada gunanya, berseteru karyalah dengan orang lain yang telah melaju jauh dari garis mulai.”
Perlahan-lahan, dengan ragu, akhirnya langkah mulai bergerak. Ajaib, aku dan saya dapat saling bekerja sama, ya, meski mereka terkadang-kadang masih berseteru. Namun, Ilham akan selalu datang melerai dan membunyikan kalimat yang sama. Saat itu pula, aku dan saya akan bergandengan tangan meraih satu tujuan yang sama, sementara sebelumnya saling melipat tangan mereka dan membuang muka.
Memang tidak mudah, tetapi itu lebih baik dibanding berdiam diri seraya berseteru dengan diri sendiri. Memulai lebih baik daripada harus merasa tidak berguna akan potensi diri sendiri. Sampai akhirnya, aky dan saya bertekad memulai dengan meraih tinta dan kertas. Mereka akan menulis karena tulisan adalah saksi sejarah yang tidak akan pernah bisa musnah.
Aku dan saya memiliki pikuran yang sama terkait tulis-menulis. Bahwa, tulisan selalu menjadi tempat pelarian paling ampuh di kala lara melanda. Menulis menjadi persinggahan paling nyaman ketika mereka tidak tahu harus ke mana. Tulis-menulis menjadi sebyah potensi yang amat cocok untuk aku dan saya.
Sebab, tanpa disadari, nenulis telah menjadi saksi perseteruan aku dan saya, tentang hadirnya ilham, tentang permulaan menulis, tentang tetap konsisten menulis, tentang selalu belajar menulis. Menulis seperti perekam jejak yang tidak memiliki fitur hapus karena tulisan bersifat abadi.
Jika seseorang bertanya, “Mengapa aku dan saya memilih menulis?” maka carilah jawaban di kalimat terakhir pada paragraf ketujuh.
Lalu, seseorang itu bertanya kembali, “Bagaimana mereka mewujudkannya?” jawabannya aku dan saya saat ini tengah mewujudkannya dengan mengikuti Oprec ODOP untuk konsisten menulis selama dua bulan ke depan.
Perseteruan antara aku dan saya memang akan terjadi di sela-sela tertentu, tetapi mereka tidak akan melipat tangan dan membuang wajah mereka. Aku dan saya akan selalu bergandengan tangan untuk mewujudkan mimpi, meski berseteru.
Semoga aku dan saya bekerja sama dengan baik sampai akhir masa oprec, sampai selamanya <3
Xixi, pastinya!
semoga kita semua lulus di odop, amin
Aamin! Semangat!!!