Prosa Kosong
SEPERTI KOSONG yang bersahabat karib dengan hampa. Kehidupan hanya diisi udara di ruang hampa yang kosong menjadi penuh. Namun, tetap saja, tidak ada isi yang menempati. Tidak ada barang-barang untuk ditempati. Hanya ada satu ruang yang entah kapan siap untuk ditempati.
Sebetulnya, sudah banyak orang-orang, hilir mudik, keluar masuk, tinggal-kembali, tetap-pergi. Mereka bersifat singgah, hanya berlabuh sekadar untuk mengisi penat dengan rehat. Datang untuk mengisi, akhirnya juga pergi untuk membiarkannya kosong kembali.
Kini, tengah kosong melompong. Sebenarnya, itu sudah hal biasa. Namun, ini lebih dari biasa. Sebab, kekosongan terlalu lama berkuasa. Berdalih menjaga sepenuh hati, tetapi sejatinya menciptakan kejenuhan yang hakiki. Hanya, memang apa yang dapat dilakukan oleh kekosongan yang memang harus kosong?
Dalam waktu-waktu yang hampa, bersama jenuh yang membual dalam buaian, katanya ia adalah teman paling cocok untuknya. Akan tetapi, kekosongan pada akhirnya akan merasa kehilangan jati dirinya juga. Memang, tidak lazim, tetapi ia juga menjadi bagian dari kehidupan yang membutuhkan kisah abadi.
Pada waktu tertentu, seperti saat ini, di kala jenuh tengah berada pada titik tidak warasnya. Sehingga, jati diri kekosongan semakin memburam, tidak berwujud, perlahan-lahan melahirkan rasa butuh pada hal-hal yang tidak seharusnya. Akan apa-apa yang bukan tentang siapa dan untuk apa dirinya. Bukan pula perihal singgah untuk berlabuh, melainkan menetap untuk tinggal.
Sebagai kekosongan yang mempunyai andil dalam tempat di bumi. Bahkan, menjadi tempat paling banyak yang mengisi hati manusia. Ia berhak berwatak egois, itu hanya demi meladeni rasa butuh yang kian mencuat. Sesekali, ingin menang bersama rasa butuh untuk sementara waktu. Bila ingin lebih egois, tetaplah menetap tanpa batas waktu.
Terkadang kekosongan tidak selamanya berlaku sebagai verbal yang menduduki kamus bahasa, bahkan menjadi salah satu diksi yang melalang buana. Namun, dalam beberapa situasi yang tidak baik-baik saja. Di kala diksi telah terisi oleh rasa yang dimiliki kehidupan. Yang kosong, akan menanti untuk diisi, ditempati, disinggahi tanpa pergi lagi.
Siapa pun, apa pun, bagaimanapun, berhak menunaikan rasa butuhnya.
Cocok nih buat yangg hatinya kosong
wahh mbak, pilihan diksinya lumayan... keren euy
Setiap kali mbak vina bikin prosa pasti pemilihan katanya bagus dan selalu ngena di hati
Romantis banget deh ah endingnya. Lagi jatuh cinta, ya?
Selalu bahasanya enak di baca mba.
Endingnya pun menarik siap mengisi kekosongan yang ada
Hati jangan dibiarkan terlalu lama kosong, ya..
kosong itu saudaranya hampa ga sih?