#REVIEWTIME! KITAB OMONG KOSONG karya Seno Gumira Ajidarma

DETAIL LENGKAP BUKU

Judul: Kitab Omong Kosong
Penuliss: Seno Gumira Ajidarma
Certakan: Pertama Edisi I, Juli 2004, Edisi II, Maret 2006, Edisi III, Mei 2013.
Perancang Sampul & ilustrasi: Danarto
Pemeriksa Aksara: Tim Bentang
Penata Aksara: Adfina Fahd
Penerbit: Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tebal Buku: x + 446 hlm; 23,5 cm
ISBN: 978-602-7888-33-3
EISBN: 978-602-291-350-4

BLURB

"Tolong sampaikan agar cerita ini tidak usah dibaca karena membuang waktu, pikiran dan tenaga. Sungguh hanya suatu omong kosong belaka. Mohon maaf sekali lagi untuk permintaan tolong ini. Maaf, beribu-ribu mohon maaf." Togog

Cerita ini memang ditulis oleh Togog, yang merasa minder dan terasingkan dalam sebuah dunia yang sangat memuja Semar. Berkisah tentang malapetaka serbuan balatentara Sri Rama yang menyapu anak benua, dan menghadirkan pemandangan bencana. 

Inilah kisah Satya dan Maneka, rakyat yang menjadi korban, yang menjelajah dalam pencarian Walmiki penulis Ramayana, sembari berlayar di samudera cerita. 
Inilah saat kematian Sang Hanoman, wanara agung yang ditakdirkan berumur panjang, untuk menjaga kebudayaan. 
Kenapa Togog menganjurkan cerita ini tidak dibaca? Nah! 

REVIEW

Menceritakan tentang cerita dalam cerita, kukatakan itulah hal yang unik dari cerita ini. Sebenarnya dalam buku ini terdapat tiga cerita dengan tokoh utama yang berbeda, tetapi masih saling bersangkutan. Di mana, cerita (di dalam Kitab Omong Kosong) itu ditulis oleh Walmiki, seorang penulis yang berkeliling seluruh daerah untuk bercerita. 

Selain keunikan cerita dalam cerita, hal yang aku sukai adalah cara penulis merangkai kata dari diksi satu ke diksi yang lainnya, sangat indah ketika dibaca. Membaca buku ini, pasti ada saatnya di mana aku akan membuka KBBI karena terdapat beberapa kata baku yang asing bagiku dan aku jadi tahu kosakata baru dari buku ini. Beberapa kosakata baru yang aku dapati adalah pedati, rajah, tetirah, wanara, jagabaya, dll. Meski begitu, aku pribadi bisa memahami gaya bahasa dengan diksi dan majas yang cantik, bahkan feel-nya sangat kuat. 

Hanya saja, ada sedikit sekali kekurangan seperti ada salah tik di bab tiga pada kata yang ditulis toloooogng, seharusnya tolong. Tata bahasa yang masih kurang sesuai seperti balatentara sebaiknya bala tentara, penggunaan kata ganti orang yang seharusnya kapital—padahal orang itu berada di sana—jadi kecil.

Bagian favorit adalah isi dari bab berjudul Perempuan Mengandung yang Tersaruk-saruk. Bagaimana Sinta harus menderita karena ketidakberdosaannya, ketika para siluman rimba lebih memiliki hati daripada manusia-manusia yang tega menyalahkan Sinta. Suka dengan percakapan dua siluman yang akhirnya menjadi penjaga Sinta di rimba tersebut. Dan aku sangat menikmati syair-syair pada bab Tulisan Walkimi. Pada bab Jataka-Mala terdapat perbincangan yang unik antara Gandarwa dan Mahakala, di mana keduanya tengah menjunjung kejahatan. 

Tokoh yang paling aku suka adalah Lawa dan Kusa. Anak Sinta dan Rama yang kuat, tidak bisa dikalahkan. Aku suka ketika Lawa dan Kusa mempertahankan kuda putih yang datang ke tempatnya. Lawa dan Kusa tidak hanya memiliki ilmu manusia, anak kembar itu juga menguasai ilmu siluman dan ilmu dewa. Mereka berhasil mengalahkan bala tentara Ayodya yang kerasukan gelembung Rahwana, di mana bala tentera Itu telah menghancurkan hampir seluruh wilayah hingga melayangkan banyak nyawa. Laksmana pun berhasil dikalahkan oleh anak kembar itu. Bagian ini paling epic!

Sebenarnya ada banyak pesan moral di dalamnya, tetapi yang paling membekas menurutku adalah ketika dua siluman saling bercakap tentang manusia yang lebih kejam daripada siluman itu sendiri. Nyatanya saat ini memang banyak sekali manusia bermuka dua, berlaku jahat terhadap sesama manusia pula, sementara siluman di sini justru membantu Sinta, manusia yang malang. 

Alur yang digunakan sebenarnya campuran, tetapi penulis mengaplikasikannya dengan cara membuat masa lalu itu ditorehkan dalam cerita yang dibuat oleh Walmiki. Selain itu, memang aku agak bingung ketika peralihannya yang tidak disadari bahwa ini sudah masuk ke bagian flashback, ketika diarahkan kembali ke alur maju, barulah aku sadar dari tadi aku membaca bagian flashback. Akan tetapi, aku masih bisa memahaminya karena pembangunan karakter dan latar tempat serta suasana yang kuat, sangat jelas penggambarannya di kepala, aku seperti merasa ada dunia Kitab Omong Kosong.

Aku sangat terkesan setelah membaca buku ini, aku bahkan sampai lihat judulnya kembali. Kitab Omong Kosong yang isinya justru sangat berisi pesan, syair yang indah, cerita yang seru. Aku jatuh cinta dengan gaya bahasa tulisannya. Rating yang kuberikan adalah 8.9/10

#Ngereadkuy
#KMCBatch10
Next Post Previous Post
1 Comments
  • tasyafiane
    tasyafiane 4 Juni 2022 pukul 08.35

    Meskipun aku belum pernah membaca Kitab Omong Kosong, penjabaran yang ditulis Kak Vina seperti membawaku masuk ke jalan cerita yang ada disana. Buku yang worth to read. Sepertinya aku perlu melihat lagi Kak Vina menuliskan review buku semacam ini lagi, hehehehe

Add Comment
comment url