Aku dan Rahasia Wajah Langit
KALAU-KALAU LANGIT mampu, memelukku dengan tubuh tanpa ujung itu. Namun, ia bertahan pada tempatnya, bukan karena enggan pergi, melainkan memang itu tempatnya.
Sebetulnya, aku mencari-cari di mana keberadaan wajah langit. Aku hanya menemukan tangisannya yang menyentuh pijakan manusia. Menjadi asal mula kebasahan yang berlandaskan nyata.
Namun, tetap saja, dalam renungku bertanya-tanya, "Di mana wajah itu?"
Pada tubuh yang lain, kujumpai biru dan putih yang menjadi persaksian paling menyenangkan. Namun, sayangnya, mata ini tidak bisa melihat sempurna karena akan menyakiti. Aku tidak mengerti, mengapa mata ini harus menyipit hingga membentuk garis tipis yang pada akhirnya akan menghilangkan langit.
Aku hanya ingin tahu, bagaimana ekspresi wajah langit dengan tubuh bak pelindung. Dalam pejaman mataku pun mengira-ngira, "Seperti apa wajahmu?"
Aku juga heran, bagaimana bisa rasa-rasa yang disemayamkan langit, dapat berubah-ubah dengan cepat? Setelah mengirim pasukan air ke persinggahan manusia, ia akan menghadirkan cahaya oranye hangat yang mampu menjadi pengering bagi yang basah.
Di bawah terik sinar oranye, dalam benak berkerut. "Wajah seperti apa yang memiliki rasa-rasa berubah-ubah?"
Kadang-kadang apa yang dihadirkan langit, menjadi keluh, menimbulkan perseteruan, menciptakan kemarahan yang terjadi di tengah-tengah persinggahan manusia. Namun, bagaimana bisa ia tetap acuh tidak acuh akan reaksi manusia-manusia itu?
Di tengah hiruk pikuk kontroversi manusia-manusia, aku meringis penasaran. "Wajah sebebal apa yang dapat menahan diri dari diksi-diksi tidak mengenakkan manusia?"
Namun, tidak jarang juga manusia-manusia yang memuji kesolekan langit di pergantian siang ke malam hingga malam ke siang, bersyukur akan kehadiran bersama apa yang diberikan pada persinggahan mereka, menciptakan kecintaan yang tertanam hingga palung-palung hati penikmatnya. Mungkinkah karena manusia-manusia seperti ini sehingga langit masih membiarkan memberi asmara di persinggahan bulat ini?
Di tengah-tengah manusia yang super baik itu, aku terkagum-kagum membuncah. "Wajah sebaik apa yang dengan rela membaikkan diri untuk kebaikan mereka?"
Aku mencari-cari di mana ujungnya? Apakah kaki langit tenggelam di balik lautan? Apakah tangannya tengah mengusap-usap bumi, supaya benda bulat itu dapat bersabar lebih lama lagi menjadi tempat bagi manusia-manusia yang unik?
Dalam segala yang terjadi, aku hanya menaruh pikir pada apa-apa yang ada di balik semua itu. "Rupa wajahmu itu apa?"
Rela membiarkan panasnya matahari untuk mencerahkan siang dan dengan cerdasnya akan memanggil bulan yang tidak terlalu terang untuk menjadi lampu bagi malam yang menenangkan. Aku benar-benar menganga, dalam tubuh yang begitu luas, tetapi mau menampung matahari dan bulan.
Di bawah terik matahari dan sinar bulan aku juga tidak lepas dari sebuah rangkaian kalimat. "Bagaimana bentuk wajahmu?"
Mungkin manusia-manusia memiliki dua pikiran berbeda perihal siang dan malam. Aku mengamati, ada yang membenci siang karena terlalu berisik, tetapi kebanyakan manusia-manusia dimudahkan untuk merajut cerita sebelum kembali tidur. Ada yang mencintai malam karena sunyi dan begitu tenang, tetapi kebanyakan manusia-manusia akan menyelesaikan rajutannya dalam lelap. Bahkan itu bukanlah sebuah masalah untuk langit.
Dalam rajutanku di bawah sinar bulan aku terdiam dan mengarungi luasnya langit dan mengalihkan pertanyaan, "Apa itu wajahmu?"
Apakah itu wajah yang selalu ditampilkan secara utuh? Atau itukah isi hatimu yang tidak ingin wajahmu tahu betapa abstraknya perasaan yang kamu miliki? Kalau seperti itu, sembunyikan saja wajahmu, biarkan perssaanmu menjadi rahasia antara kita berdua. Hanya aku yang menyadari itu, manusia lain mungkin tidak sampai ke sana. Mari sama-sama menyembunyikan perasaan dari wajah, ya?
Paling tidak, aku sudah mengerti tentang mengapa tubuh itu tidak boleh memelukku. ia, langit itu tidak akan msmbiarkan msrusak persinggahan manusia-manusia dan isinya karena langit adalah pelindung yang mengandungkan perasaan.
Puitis sekali Kak Vina, senang dan salut sama para pemuda yg begini. Langit memang pelindung yg mengandung rasa.
Aku juga malah salut banget sama Kakak yang super produktif! 🥺🤍
Kata-katanya bagus sekali kak, kita memang tidak bis mengetahui wajah langit dengan jelas tapi kita bisa mendengar, menyaksikan dan merasakan hebatnya langit. Mulai dari jalur langit yang sangat terkenal, keindahan langit yang selalu terpandang oleh mata ini dan juga perlindungan dibawanya yang begitu nyaman.
VALIDD!!!