Ketika Kita Berusaha Mengubah Dia yang Kita Cintai

PERUBAHAN kadang-kadang suka membuat reaksi yang unik. Bagi sebagian orang, perubahan adalah kejutan yang enggak pernah diduga. Bagi sebagiannya lagi, perubahan bukanlah hal yang diherankan karena memang sudah diprediksi.

Perubahan punya keberangkatan yang berbeda dari masing-masing orang. Ada yang berangkat dari sebuah harapan, ada pula dari keyakinan yang pasti. Namun, kadang-kadang yang berangkat enggak melulu sampai di tujuan dengan cepat atau malah enggak sama sekali? Pernah tahu enggak, ada perubahan yang enggak berangkat karena memang tujuan itu ada di tempatnya sendiri.

Kita membutuhkan perubahan, dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Perubahan selalu tentang sesuatu yang lebih dan lebih lagi. Sampai-sampai kita lupa, bahwa ada perubahan yang enggak bisa dipaksa untuk diubah. Dia, maksudku, ada seseorang yang enggak bisa kita ubah sesuai dengan apa yang dimau.

Biar kuceritakan sedikit tentang di kala aku pernah berusaha mengubah seseorang yang pada akhirnya hanya membuat luka baru Awalnya, kupikir aku bisa membuatnya lebih baik versiku sendiri. Menurutku, perubahan itu baik, tetapi bagi dia enggak. Alhasil, kami mengarungi toxic relationship dan untungnya tamat. Selesai.

Mari kita belajar dari kisah singkat yang mengenaskan, tetapi memiliki pelajaran dan makna yang luas. Dalam hal ini, aku ingin membahas terkait mencintai seseorang yang ingin diubah. Sudut pandang masing-maing dari kita mungkin berbeda, tetapi aku punya sudut pandang yang ingin kubagikan.

Pertama-tama, langkahku ketika mencintai seseorang ada yang salah. Letak kesalahannya adalah ketika aku ingin mengubahnya menjadi lebih baik versiku. Cintailah seseorang yang sesuai dsngan kemauan kita, bukan yang ingin diubah. Kira-kira begitulah perkataan Raditya Dika yang akhirnya membuatku tersadar. Sadar bahwa mencintai itu bukan tentang mengubah, melainkan menerima.

Ketika kita mencintai seseorang, tetapi dia enggak sesuai dengan apa yang kita mau. Apakah mengubahnya menjadi solusi? Enggak juga, di sini kita mesti belajar untuk menerima dia. Namun, ketika kita mencintai seseorang yang sesuai dengan ksmauan kita, tetapi dia enggak mencintai kita. Di sini kita juga perlu belajar untuk menerima dan enggak msmaksa dia untuk mencintai kita. Dalam kata lain, lepaskan, tanggalkan rasa cinta itu. 

Memang, sebagai manusia butuh untuk membuat seseorang menjadi lebih baik. Akan tetapi, jika terlalu dituntut dan dipaksakan, bukankah hanya akan menyakiti diri dan dia? Mencintai, enggak bisa didasari hanya dengan kesadaran, tetapi juga butuh kedewasaan.

Jadi, apakah teman-teman punya sudut pandang lain tentang mengubah seseorang dalam mencintai? Apakah pernah ada di fase ini? Aku penasaran, sila suarakan sudut pandang kalian di komentar, ya, dan msri kita diskusikan!


art vector by macrovector (freepik). 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url