Kehilangan, Bagian dari Kehidupan
TIDAK LENGKAP rasanya jika manusia tidak diperkenalkan dengan sosok yang bernama kehilangan. Ia sosok yang unik, tidak perlu dihampiri untuk dikenal. Di waktu-waktu tertentu, dengan sendirinya sosok itu akan hadir. Kehadirannya pun sama uniknya dengan watak memilukan itu.
Keunikan lain yang melekat di sosok itu, salah satunya tentang pertanda. Ia sama seperti manusia, ada yang santun, ada yang ketus. Terkadang suka mengetuk, atau justru menyelinap begitu saja tanpa diketahui.
Perginya pun seperti perubahan cuaca, ada yang cerah, ada yang mendung disertai hujan dan petir. Kabar baiknya, ia akan cepat pulih dari sisa rasa hilang. Namun, cukup parah bagi mereka yang memulihkan sisa rasa hilang hingga menemui musim kemarau berkali-kali.
Dalam sebuah kisah, entah masa kemarin, minggu lalu, atau tahun sebelumnya. Paling tidak, ada satu waktu sosok itu datang. Satu kali, dua kali, bahkan berkali-kali. Seakan-akan dipaksa untuk bersama dengan kehilangan, di sisi lain diharuskan menerima yang pergi.
Sekalinya datang, kehilangan akan menetap begitu lama. Nahasnya, sewaktu-waktu akan datang kembali di peradaban yang lain.
Sosok itu memang makhluk paling sibuk. Sibuk menemui manusia satu ke manusia lainnya. Mengenalkan diri sebagai kehilangan dan pergi untuk datang kembali suatu saat. Padahal ia tabu, kehadirannya tidak pernah diharapkan siapa pun.
Namun, dunia ini hanya akan berisi manusia tanpa tahu apa itu perasaan karena tidak ada sosok yang bernama kehilangan. Sebab, kebahagiaan tidak akan terasa gembira ketika kehilangan tidak ada. Jika dipikir-pikir, kehilangan menjadi sebuah asupan penting bagi gizi kehidupan manusia.
Daripada harus terpaksa menerima kenyataan menetapnya kehilangan yang tidak diidam-idamkan itu. Ada pikiran-pikiran yang sebaiknya bisa diajak bertukar pembicaraan. Tentang bagaimana untuk berdamai bersama rasa-rasa kehilangan yang bisa datang kapan saja.
Kita sama-sama tahu bagaimana kehilangan merenggut bagian dari bahagia yang menyisakan memori. Tentang air mata yang jatuh di kehampaan, meski banyak manusia lain menepuk-nepuk bahu, mereka bilang untuk bersabar diri.
Memang tidak semudah itu untuk cepat-cepat bersabar diri. Ada waktu-waktu yang mengurung diri pada ruang yang dahulunya ada kini hilang menjadi hampa. Tersisa kesunyian yang pilu, tidak akan ada lagi kebiasaan-kebiasaan yang kini sudah lenyap bersama hilang.
Meratap lalu bersedih, tidak apa-apa untuk hal itu. Namun, tidak baik pula untuk membiarkan kehilangan merengkuh jiwa kita. Sejatinya, jiwa butuh udara segar, ketimbang harus menjadikan jiwa lupa akan apa itu kebahagiaan.
Kehilangan ada untuk membentuk kekuatan. Sebab, hidup tidak melulu perihal tertawa dan gembira. Tentang, yang ada tidak akan selamanya menemani, sampai waktunya dia akan pergi sendiri. Hingga saatnya pergi, tangan kita akan rela melepas dan jiwa membuka pintu lebar-lebar membiarkan kehilangan itu singgah sejenak. Sebut saja iu berdamai dengan rasa hilang.
Perfect point of view kaa. Setuju sekali kalau dari kehilangan kita bisa belajar banyak hal. Semoga kita juga diberi kekuatan saat menghadapinya nanti, selagi mempersiapkan manakala kita duluan yang menghilang.
Baru sadar, kita juga harus siap untuk menghilang. :"
Suka sama post ini, kehilangan.. merupakan satu sosok yang sering kita jumpai. Is sosok yang kita hindadri namun kehadirannya membawa kekuatan.
Enggak enak tapi membawa kebaikan buat kita. ✨
Jujur, tulisannya bagus banget kak. Aku suka, tulisnya itu kenak banget di hati.
Aduhb aku seneng banget kalo tulisanku nyampe ke pembaca karena memang itu salah satu tujuan aku menulis. :"
Tulisan vina bagus sekali
Aamiin aamiin. <3
Tulisnya mba vina masyaAllah mantaap sekali
Alhamdulillah,makasih Kakak Anonn. ✨
Jiwa butuh udara segar. Bener. Dari kehilangan kita belajar, tapi setidaknya kita merelakan ruang sumpek untuk hal-hal baik lainnya.
Bagus Vina
Iyap butuh udara segar setelah sesak karena kehilangan. <3
Setuju sih, kehilangan memang berat. Mungki author bisa nih kasih tips biar kuat menghadapi kehilangan.
Tips-nya cuma dua, Kak. Terima, terus biasakan diri. Itu udah paling ampuh.