Ada Lubang bernama Utang

UTANG bisa terjadi karena sebuah keperluan mendesak ataupun dalam situasi keinginan yang menggebu. Sementara untuk mewujudkannya enggak punya uang. Siapa pun boleh berutang, baik yang lihai dalam memegang janji atau malah ingkar janji? Yha, siapa pun itu, berutanglah jika mendesak—canda utang.

Namun, sebelum kalian—para manusia—berutang, yok, kenalan lebih dulu sama lubang bernama utang. Sebenarnya, enggak perlu kenalan kalian semua pasti udah tahu, ‘kan, kalau utang itu salah satu tempat yang ada di muka bumi ini. Dia seperti lubang yang menganga lebar. Jadi, jangan heran kalah tempat itu sumpek.

Walaupun bebas didatangi, tetapi para tamu yang datang pasti punya kriteria yang sama. Sama-sama jadiin lubang utang tersebut sebagai jalan pintas untuk memenuhi keperluan mendesak, atau keinginan semata demi bersolek pada kehidupan? Hm, itu pertanyaan sulit karena hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. 

Pun, memang lubang utang itu boleh disinggahi siapa saja. Akan tetapi, sama seperti tempat wisata lainnya. Perbedaannya para tamu mendapatkan uang dan singgah ke dalam. Namun, ada kesepakatan waktu yang harus dipenuhi dan ketika keluar, uang tersebut harus dikembalikan secara utuh.

Lho, kok dibalikin lagi? Yha karena itu bukan uang dia.

Ada yang datang dengan tekad dan niat hanya untuk singgah sebentar, sebelum akhirnya pergi juga dari tempat itu. Ada juga yang dari awal hanya ingin niat masuk tanpa ada minat untuk pergi. Tekad untuk pergi dari situ aja enggak kepikiran, ketika dipaksa untuk keluar dengan kesepakatan awal tadi malah sembunyi-sembunyi.

Niat orang memang berbeda, ya, dalam mengunjungi lubang utang ini. Sebenarnya, kalau dilihat-lihat, apa menariknya tempat itu sampai-sampai banyak sekali pengunjung yang rela datang. Bahkan, lebih banyak yang terjebak di sana—enggak keluar sama sekali.

Namun, ada yang aneh, entah menular atau bagaimana. Kebanyakan dari mereka akan menjadi pemberontak dan pemarah ketika dimjnta kembali uang yang bukan miliknya. Kaum pemberontak ini enggak pernah malu untuk menjadi galak demi menpertahankan uang yang bukan miliknya itu.

Kalau sudah begitu, sih, lubang utang benar-benar telah ternodai.

Enggak hanya itu, desas-desus kabar duka enggak sedikit yang tersebar. Ada yang masuk hidup-hidup, tetapi ketika keluar sudah enggak ada tanda-tanda kehidupan. Lubang utang memang benar-benar keras, mental sangat diuji. Nyawa pun dapat menjadi tumbal akibat ketidaksanggupannya untuk memenuhi. 

Enggak ada masalah sebenarnya untuk mengunjungi lubang utang tersebut. Sebelum benar-benar melewati pintu masuk lubang utang tersebut, ada baiknya untuk kembali menelaah dasar alasan untuk berkunjung. Keperluan atau hanya keinginan semata karena gengsi?

Selama para pengunjung tahu syarat dan ketentuan yang terpampang di depan lubang utang. Bertuliskan, “Uang yang dipinjamkan di awal, harus dikembalikan ketika keluar atau Ands akan terlilit di dalam selamanya. Hanya para pengunjung bermental kuat dan memiliki tekad besar yang dapat bertahan di dalamnya!”

Daripada sebuah aturan, itu lebih kepada peringatan keras. Lubang utang ada baiknya untuk enggak dikunjungi. Lubang utang enggak selamanya menjadi jalan pintas dalam suatu desakan. Yang terpenting adalah, lubang utang bukanlah tempat bagi pengunjung yang didasari keinginan semata, sementara enggan untuk keluar.

Memasuki lubang utang artinya meminjam uang pemilik lubang. Apabila uang yang dipinjam enggak bisa dikembalikan, ya, dia akan menjadi penghuni tetap yang enggak tenang. Lubang utang adalah lubang yang digali terlalu dalam oleh pengunjungnya sendiri.

Pernah tahu enggak, bahwa seseorsng yang mengembuskan napas terakhir ketika proses menuju dimakamkan yang ditekankan adalah utang yang mesti dilunasi. Tahu enggak, kalau ternyata jasad akan merasa kepanasan di dalam kubur sebelum utangnya dilunasi? Dari sini, di samping bolehnya berutang, tetap mesti diketahui bahwa ada risiko besar yang harus ditanggung.

Poinnya adalah bukan tentang boleh atau enggaknya berkunjung ke lubang utang—meski harus dihindari—melainkan bagaimsna pengunjung punya tekad untuk keluar dari sana. Bukan untuk menjadikan lubang utang sebagai kediaman terakhir atau malah menjadi pemberontak terhadap si pemilik lubang utang tersebut.

Jadi, apakah kamu mau mengunjungi lubang utang?

art Vector by pch.vector (freepik)

Next Post Previous Post
2 Comments
  • Wakhid Syamsudin
    Wakhid Syamsudin 8 September 2022 pukul 08.32

    Ruwet deh kalau urusan utang. Sebisa mungkin berusaha tak berutang, apalagi ke bank.

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 9 September 2022 pukul 01.21

      betullll banget kakk

Add Comment
comment url