Tips Biar Enggak Jadi Beban Keluarga!

Beban keluarga
art vector by pch.vector (freepik)

BEBAN KELUARGA seenggaknya menjadi dua pasang kata yang kerap familiar di telinga  kita semua, bukan? Kadang-kadang kita akan menemukan istilah itu pada meme-meme di media sosial atau sebagai ujaran lelucon.

Sebenarnya dijadikan bahan candaan enggak masalah, ya, bisa juga sebagai bahan hiburan atau malah  renungan diri. Selama kita—jika memang—merasa sebagai beban keluarga, tetapi kita juga harus berusaha menjadi versi terbaik untuk keluarga kita.

Memang, segala konflik yang terjadi di dalam rumah itu hal yang lumrah. Justru, dengan ada konflik dapat memperkokoh sebuah fondasi kekeluargaan.

Akan tetapi, ada pula sebuah konflik yang akhirnya malah meruntuhkan rumah itu sendiri. Biasanya, konflik yang terjadi enggak kunjung diselesaikan atau malah semakin diperpanjang.

PEMERAN YANG MENJADI BEBAN KELUARGA

Selama ini kita tahunya anak selalu menjadi figur utama yang menjadi beban keluarga. Biasanya terjadi karena anak yang suka menghabiskaj uang orangtua atau menyia-nyiakan jasa orangtua.

Umumnya memang biasa terjadi pada sosok anak. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua anak adalah beban keluarga. Kadang-kadang ada orangtua yang justru menjadi beban tersendiri.

Beban di sini maksudnya bukan tentang anak yang tidak mau dibebani terkait feedback atas jasa orangtua. Akan tetapi, lebih kepada karakteristik orangtua terzebut.

Seperti yang kita tahu, ada orangtua yang kasar kepada anaknya, selalu menuntut tanpa mau mengerti. Ada pula seorang ibu atau ayah yang tega menelantarkan keluarganya. Bahkan, ada seorang ibu yang tega membuang bayinya yang kasih masih merah.

Jadi, beban keluarga ini enggak melulu terpaku pada anak. Hal ini bisa jadi dikarenakan pola asuh orangtua sendiri, tetapi bisa juga anak mendapat acuan menjadi beban keluarga karena faktor lingkungan.

Menurutku pribadi, beban keluarga itu bukan tentang seberapa besar uang, tenaga, dan pikiran dikerahkan oleh orangtua ke anaknya. Kurasa itu adalah kewajiban yang mesti dipertanggungjawabkan sebagai orangtua. Namun, jika tanggung jawab itu lepas, maka dia bukan orangtua, melainksn orang yang tua.

Pun, sebagai anak semestinya memahami porsinya bahwa dia harus menghormati dan menyayangi orangtua. Belajar menghargai dan membalas jasa orangtua, meski orangtua hanya ingin kita menjadi anak yang baik.

Beban keluarga pada anak itu bisa jadi dikarenakan karakteristik atau perlakuan anak yang melukai hati orangtuanya. Atau orangtua yang melukai hati anaknya.

Untuk membangun fondasi rumah yang kokoh dibutuhkan bahan bangunan yang berkualitas. Begitu juga ketika kita akan membangun fondasi keluarga yang utuh, dibutuhkan pengetahuan dan edukasi terkait parenting. Sebab, semua berawal dari orangtua.

MENGENAL PARENTING

Setiap orang, baik orangtua maupun calon orangtua sudah sebaiknya memiliki dasar pengetahuan tentang parenting sebagai fondasi dalam membangun sebuah keluarga.

Parenting sendiri diambil dari kata bahasa inggris, yakni parent dan -ing sebagai kata kerja. Parent berarti orangtua, -ing yaitu imbuhan sebagai orang yang sedang melakukan. Secara makna dan arti, parenting adalah ilmu tentang bagaimana cara orangtua mengasuh dan mendidik anaknya.

Teman-teman pasti sering mendengar bahwa orangtua adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Sebab, orangtua akan membangun sebuah generasi di masa depan. Apalagi mendidik anak perempuan karena artinya akan membangun generasi yang lebih luas lagi.

Tentunya dalam mendidik anak atau sebuah generasi bukanlah hal mudah. Jadi, kalau ada yang bilang buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya menjadi seorang ibu di rumah? Justru dengan sekolah tinggi-tinggi kita dapat memberikan pendidikan yang lebih kepada anak-anak kelak nantinya.

Namun, apakah orang yang enggak bisa atau memiliki hambatan untuk sekolah tinggi-tinggi itu enggak bisa memberikan pendidikan anak yang lebih baik? Enggak juga kok! Saat ini era digital benar-benar memudahkan kita semua untuk belajar.

Bahkan, kita akan dengan mudah menemukan seminar-seminar terkait edukasi parenting di media sosial baik secara virtual maupun tatap muka. Semua itu tinggal bagaimana kitanya saja, mau belajar atau enggak?

Perlu diketahui, sebagai orangtua enggak bisa sepenuhnya memberikan pendidikan hanya di sekolah saja. Akan tetapi, orangtua tetap punya andil dalam memberi pendidikan, hingga kita dapat memantau dan mengetahui perkembangan sang anak. 

Harta yang paling berharga
art vector by pch.vector (freepik)

TIPS JADI ORANGTUA BAIK TANPA JADI BEBAN KELUARGA

Nah, di sini aku mau sedikit membeberkan cara menjadi orangtua yang membuat anak nyaman itu seperti apa dan bagaimana sih? Mari kita sama-sama belajar, yok!

1. Harus Punya Prinsip

Sebagai diri harus punya prinsip, begitu pula ketika menjadi orangtua. Prinsip dibutuhkan agar selama proses mengasuh dan mendidik, enggak melenceng. Beberapa prinsip Parenting yang dapat diterapkan:

• Rajin Belajar

Loh, kok rajin belajar? Menjadi orangtua itu enggak hanya setahun dua tahun, melainkan peran seumur hidup. Perkembangan anak pun memiliki struktur yang berbeda-beda, hingga pola asuhnya pun mesti berbeda dan disesuaikan.

Artinya, meskipun kita belum atau sudsh menjadi orangtua. Belajar parenting enggak bisa dihentikan. Setiap anak punya karakteristik yang berbeda-beda. Apalagi zaman sekarang sudsh berbeda dengan zaman dahulu, karakteristik anak dan pola asuh pun mesti ikut perkembangan zaman.

• Menjadi Teladan yang Baik

Sebelum mulai mendidik anak yang baik, bukankah harus dimulai dari diri sendiri lebih dulu? Yups, biasanya anak akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orangtuanya.

Maka dari itu, ada baiknya untuk kita memperhatikan diri sendiri lebih dulu. Bukan berarti kita mesti menjadi manusia paling sempurna, seenggaknya sebagai orangtua harus dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan.

Terkait dari bagaimana cara kita bertutur, berlaku, dan berpikir. Semua itu mesti dipikirkan masak-masak, terlebih jika berhadapan dengan anak. Ini juga merupakan pelajaran seumur hidup.

• Mendidik, bukan Menghardik

Sebagai anak tentunya aku pribadi sangat suka dengan cara orangtua yang mendidik dibandingkan menghardik. Dalam mendidik, anak akan merasa lebih disayangi daripada dengan menghardik.

Sebenarnya, setiap orangtua pasti menyayangi anaknya. Namun, kadang-kadang dia tidak menyadari bahwa caranya bisa saja enggak disukai snaknya. Ini sulit, tetapi lebih baik mencoba daripada enggak sama sekali, ‘kan?

• Manajemen Emosi

Nah, ini penting banget untuk menjadi orangtua yang berprinsip. Biasanya beban keluarga enggak jauh-jauh dari kuranhnya manajemen emosi.

Maksudnya, sebagai orangtua mesti pandai mengontrol emosi, enggak mudah marah, dan tahu cara marah yang baik dan benar tanpa menyakiti anak.

Kalau-kalau amarah kita lepas kendali, apa-apa yang keluar dari mulut kadang enggak bisa dipikirkan lebih dulu.

2. Menjadi Sahabat Terbaik

Sebagai orangtua, ada kalanya kita mesti beralih peran menjadi sosok sahabat terbaik bagi anak. Apalagi kalau anak sudah bertumbuh menjadi remaja yang cantik dan ganteng. Pada masa itu, adalah masa pergaulan dan interaksi yang lebih intens lagi.

Pasti rasanya enggak enak kalau tiba-tiba anak jadi tertutup dan merahasiakan sesuatu dari kita sebagai orangtua, ‘kan? Nah, sebagai orangtua mesti memantau perkembangan anak, salah satunya dengan menjadi sahabat terbaik anak.

3. Mendukung Minat dan Bakatnya

Zaman sekarang masih ditemukan orangtua yang masih menuntut penuh anak menjadi apa yang diinginkan. Mengatur segalanya sehingga anak menjadi terkekang dan hal itu dapat menurunkan kepercayaan diri anak.

Dengan kita mencari tahu kesukaan si anak, kemudian memberi dukungan baik secara verbal maupun fasilitas, ini merupakan salah satu cara ampuh menjadi orangtua yang ramah anak. Namun, meskipun begitu, tetap harus dalam pantauan, ya.

Kita mesti tetap memberi nasihat agar anak enggak besar kepala terhadap apa yang dia miliki dan dia bisa. Tetap mendidik karakter dan akhlak anak menjadi pribadi yang terpuji.

4. Membuat Ruang Diskusi yang Menyenangkan

Dalam sebuah keluarga tentunya dibutuhkan komunikasi yang terbuka satu sama lain. Misalkan, apabila terjadi konflik di dalam keluarga, bagaimana caranya hal itu mesti dibuat menyenangkan.

Enggak menyudutkan, apalagi sampai menghardik. Apabila anak melakukan kesalahan, ada baiknya ditanya lebih dulu, mengapa bisa seperti itu, kemudian bagaimana cara agar enggak terulang lagi. Daripada harus menyalahkan, tetapi enggak memberikan solusi sama sekali.

Diskusi pun dapat juga sebagai ajang mendengarkan pendapat anak. Kemudian didiskusikan untuk mendapatkan hasil yang sama-sama aman dan nyaman.

Mendiskusikan suatu masalah baik kecil maupun besar juga penting. Atau sekadar diskusi kehidupan sehari-hari, di mana hal ini dapat menumbuhkan harmonisasi yang utuh dalam sebuah keluarga.

5. Membuat Me Time dan Quality Time

Anak juga butuh quality time sendiri, enggak bisa seharian penuh dalam pengawasan atau anak akan merasa terkekang. Enggak ada salahnya untuk membiarkan dia bereksplorasi, tetapi tetap di lingkungan yang tepat.

Sebab, anak pun butuh bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan itu penting untuk tumbuh kembangnya. Selalu melarang tanpa sebab pun, akan membuat anak makin menjauh dari orangtua.

Orangtua pun butuh me time sendiri. Kadang-kadang kewajiban begitu melelahkan, mengurus rumah, mengurus suami, mengurus anak, bahkan kerjaan. Hal itu dapat membuat stres dan kelelahan.

Enggak apa-apa untuk sejenak menitipkan anak ke orangtua dan menikmati me time sebagai refreshing. Supaya beban dapat terkuras.

6. Tidak Malu untuk Mengucapkan Maaf, Tolong, dan Terima Kasih

Klise, tetapi hal itu penting banget. Tiga kata tersebut seenggaknya membuat anak akan merasa dihargai. Kata yang baik juga mesti diimbangi dengan tutur yang sopan.

Ketika orangtua melakukan kesalahan anak, maka enggak ada salahnya untuk meminta maaf. Enggak ada orantua yang sempurna, bukan? Namun, orangtua bisa menjadi versi terbaik bagi sang anak.

Secara enggak langsung, halnitu dapat mengajarkan anak dan ditiru oleh anak. Alhasil, orangtua menjadi teladan yang baik bagi anaknya.

TIPS JADI ANAK BAIK TANPA MENJADI BEBAN KELUARGA

Apa pun yang ada di dunia ini harus seimbang supaya segalanya berjalan lancar, ‘kan? Begitu juga dalam kehidupan berkeluarga. Orangtua yang baik, harus diimbangi dengan anak yang baik.

Mungkin, kita sebagai anak sudah merasa bosan karena sering kali menemukan pelajaran menjadi anak baik di sekolah. Akan tetapi, masih banyak ditemukan anak-anak yang membangkang kepada orangtua dan alhasil menjadi beban keluarga.

1. Apa yang Ditanam, Itu yang Dituai

Kalau mau jadi orangtua yang baik, kita harus jadi anak yang baik dulu. Percaya atau enggak, tetapi apa yang kita lakukan, kadang-kadang akan berbalik dengan kita. Begitu juga ketika kita sebagai orang snak terhadap orangtua kita.

Dalam siklus hidup, awalnya kita akan menjadi janin, menjadi bayi, kemudian remaja, lalu dewasa, menikah menjadi suami/istri, lalu kita akan menjadi orangtua.

Kadang-kadang hukum alam akan berbalik seperti mempertontonkan apa yang kita lakukan dahulu. Begitu juga dengan apa yang kita lakukan terhadap orangtua, kadang akan dirasakan ketika memiliki anak.

Jadikan pepatah itu sebagai renungan, ya!

2. Menghormati Orangtua

Semua orang tahu menghormati orangtua itu wajib. Kita mesti berbakti kepadanya, bagaimanapun orangtua adalah alasan jalan menuju kebaikan.

Memang mengurus, menafkahi, dan mengasihi adalah tugas orangtua. Meskipun orangtua enggak butuh balas jasa, tetapi sebagai anak enggak ada salahnya untuk menyenangkan mereka.

3. Menjaga Ruang Bicara

Enggak membangkang apalagi bertutur kasar. Diusahakan untuk memelankan suara, enggak berteriak. Tutyr kata yang sopan juga akan membuat hati orangtua tenang.

Apalagi kalau mendapati perbedaan pendapat. Mungkin ini akan sulit, tetapi membicarakan dengan baik-baik seenggaknya hati orangtua enggak tersakiti.

4. Menjadi Anak Saleh/Salehah

Orangtua memang menuntut kita apa-apa. Akan tetapi, enggak ada salahnya untuk menyenangkan mereka dengan berusaha menjadi anak rajin beribadah.

Namun, dalam beribadah tetap niatkan karena Allah, ya, jangan karena serta-merta ingin dilihat orang lain, hihi. Orangtua senang itu bonus karena dengan kita rajin beribadah akan menjadi pahala jariyah buat mereka, lho!

5. Membantu Pekerjaan Rumah

Kadang-kadang kita suka kasihan melihat ibu beres-beres rumah sendirian. Namun, kita lebih memilih leha-leha. Siapa yang begini? Haha, jangan diulangi lagi, ya!

Tanpa perlu disuruh, ada baiknya kita mulai membantu ibu dengan merapikan kamar sendiri, menyapu, mengepel, atau sekadar mengangkat jemuran. Hal itu bisa meringankan beban pekerjaan rumah. Pun, akan membuat ibu senang, jika ibu senang, kita akan mendapatkan pahala.

6. Menjadi Kebangaan

Enggak harus meraih prestasi akademik maupun non akademik, kadang-kadang kebanggaan orangtua kita itu sederhana banget. Memiliki karakter dan akhlak yang baik sudah membuat orangtua bangga.

Siapa yang enggak mau lihat orangtua bangga karena kita? Pasti mau, dong!

Adalah keluarga
art vector by pch.vector (freepik)

Sebenarnya, beban keluarga itu sendiri harusnya menjadi hal yang wajar. Namun, beban keluarga mesti dipikul bersama-sama, bukan dipukul satu sama lain. Sebab, keluarga itu mestinya memikul bersama-sama, bukan memukul.

Hal terpenting dalam sebuah keluarga—sepengalamanku menjadi seorang anak, kakak, dan juga adik—bahwa komunikasi, transparansi, jujur, memahami dan mengerti satu sama lain adalah faktor utama fondasi yang berkualitas.

Kita akan sering menemukan cara menjadi anak yang benar di sekolah, tetapi jarang menemukan menjadi orangtua yang benar. Maka dari itu, kita perlu inisiatif belajar dan membuka mata terhadap edukasi parenting ini.

Jadi, sebetulnya jangan risau kalau merasa jadi beban keluarga karena justru itu kesadaran yang baik. Dapat menjadi langkah awal untuk menjadi diri baik bagi keluarga.

Nah, kamu mau menjadi beban keluarga yang dapat dipikul bersama atau menjadi beban keluarga secara harfiah? Yok, kita belajar tentang parenting sejak saat ini!

Referensi:

https://www.prenagen.com/id/apa-itu-parenting-anak

https://www.google.com/amp/s/id.theasianparent.com/menjadi-orangtua-yang-baik/amp

https://www.google.com/amp/s/aura.tabloidbintang.com/amp/aura/psikologi/read/49465/kiat-jadi-orangtua-yang-friendly-bagi-anak-yang-sudah-menginjak-usia-remaja

http://pkbmdaring.kemdikbud.go.id/suka/content/read/artikel/31/cara-menjadi-anak-yang-baik

https://www.ibudanbalita.com/artikel/14-jenis-pola-asuh-anak-manakah-yang-terbaik-untuk-anak

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url