Dialog dengan Hantu [Cerita Mini]

 

          “Mengapa suka jalan malam-malam?”

      Aku menoleh ke sosok cowok di sampingku. Seperti biasanya, gaya santai dengan kaos oblong menampakkan tangannya secara utuh serta celana robek-robek yang menjadi andalan. Aku tidak lagi memusingkan bahwa dia akan sakit karena masuk angin seperti kekhawatiranku ketika pertama kali bertemu. Tubuh kurus itu sudah dingin dan beku, kulitnya yang sedikit gelap sudah pucat, dia Alvin—itu namanya, maksudku dia hantu.

     Setelah sekian purnama, kamu baru bertanya hal itu?” kutelengkan kepala, bola mataku melirik geli. Sementara, Alvin hanya menaikkan kedua bahunya.

    “Cuma kepengin aja. Kalau kamu enggak mau jawab, enggak masalah,” katanya seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.

      Alvin, dia hantu yang lucu, menurutku. Meski dia sudah meninggal dunia, tetapi aku selalu merasa berbicara dengan manusia jika bersamanya. Di saat pertemuan pertama kami pun, aku sama sekali tidak takut, kupikir dia manusia yang kebal akan udara dingin malam. Sayang sekali, kurasa dia masih layak untuk hidup lebih lama di dunia ini.

       “Mungkin karena aku suka malam? Siang itu terlalu berisik buat aku. Jadi, aku lebih suka jalan-jalan malam.” Kueratkan kardigan hitam polos kesayanganku seraya memeluk diri sendiri.

           “Bukannya siang dan malam sama aja, ya?” tanya Alvin, tangan kanannya terulur menunjuk dengan jempolnya ke segala arah. “Sama-sama rame dan berisik, yang membedakan cuma hidup atau tidaknya mereka.”

             Memang benar, kusisir alam di sekitarku, justru malam hari amat ramai dengan mereka-mereka yang tidak hidup. Ketika yang hidup sibuk melelapkan diri dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat, tetapi mereka menjadikan malam sebagai aktivitas ketidakhidupan mereka. Aku berada di kubu mereka, sama-sama penyuka malam.

       Terkadang, hantu-hantu itu lebih punya hati nurani dibandingkan manusia, tahu?”

           Satu hal lagi mengapa aku suka berada di tengah-tengah mereka—hantu-hantu itu, mereka tidak pernah menyakitiku, selain menakuti dengan wajah jeleknya. Namun, itu lebih baik daripada harus melukai hati secara jahat seperti yang dilakukan manusia-manusia di siang hari. Entah harus senang atau sedih, bagaimanapun manusia jahat itu yang membuatku menyukai nuansa malam. Mereka yang merundungku hingga aku suka berada di sini.

     "Itu aku setuju—maksudku, hantu-hantu itu memang baik. Tapi, enggak semua manusia sejahat itu, kok.” Alvin menatapku dan melayangkan senyum penuh makna, tetapi selanjutnya berubah menjadi sedikit jenaka? Alvin menundukkan tubuh dan sedikit mencondongkan ke arahku seraya berbisik, “Biar penampilan preman gini, aku ini cowok baik-baik, loh.”

     Jujur, itu terlalu dekat untuk pertama kalinya dengan jarak tadi. Aku merasa tersipu dan cepat-cepat membuang muka. Menyadari reaksiku, Alvin kembali pada posisi semula dengan gaya santainya, berdiri tegak dengan kedua tangan dimasukkan ke saku.

     “Kalau begitu, kamu cukup beruntung bertemu dengan orang-orang baik. Siapa orang paling baik dalam hidup kamu? Selain keluarga, ya, tentunya.”

     Sebetulnya sudah sejak lama aku menaruh penasaran akan kisah hidupnya sebelum dia meninggal. Cowok itu cukup misterius, entah apa yang dia simpan di balik tubuh kurusnya. Namun, dari cara dia berbicara, seakan-akan menunjukkan dia adalah orang yang kuat. Terutama, pandangan matanya yang sulit diselami.

    “Dokter Budi, dokter hebat yang berusaha membantuku untuk sehat, dokter baik yang berusaha menyelamatkanku dari sekarat, dokter kuat yang akhirnya menangis karena tuhan berkehendak lain,” jelas Alvin dengan lugas. Ada sebuah kerinduan, kekaguman dan getaran yang memilukan dari suaranya. Namun, cowok itu tetap dengan gayanya.

            “Ah, kamu sakit, ya?” tanyaku lebih kepada baru mengetahui sebuah fakta penting akan sosok Alvin. “Apa kamu sering menemuinya?”

     Alvin menggeleng kecil. “Tidak sering. Aku menemuinya hanya jika aku bisa. Sampai saat ini, aku masih tidak mengerti, mengapa aku tidak selalu bisa pergi dari taman ini.”

           Aku mengangguk paham, kuedarkan pandangan ke sekitar taman yang dipenuhi hantu-hantu yang berkeliaran. Tempat ini jika diibaratkan manusia, maka manusia itu pasti suka bunga atau suka alam. Namun, aku belum menemukan korelasi antara taman yang cantik ini dengan pribadi Alvin yang misterius.

          "Mungkin taman ini jadi salah satu tempat paling penting selama kamu hidup?” Aku mencoba memberi segala kemungkinan, meski aku sendiri masih tidak yakin. Namun, hanya itu kemungkinan yang lebih masuk akal.

              “Mungkin aja.” Alvin menghela sejenak, meski tidak ada napas yang terembus. Dia lucu, kan? Seperti manusia saja perilakunya. “Kalau kamu kenapa bisa di sini?”

           “Ya?” kualihkan pandanganku dari bunga-bunga di depan ke arah Alvin dengan pertanyaan barusan yang cukup menarik seraya menunjuk diriku sendiri. “Aku?”

     “Iya, apa yang menyebabkan kematian kamu, sampai kamu bisa ada di sini?”



Next Post Previous Post
8 Comments
  • Windi astuti
    Windi astuti 12 Juni 2022 pukul 00.54

    Rada horor ya kak menurutku. Memaksa diri member sikan diri untuk baca. Penasaran dapat ide cerita begini bagaimana ??

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 13 Juni 2022 pukul 17.28

      Pas nulis dialog pertama itu enggak ada pikiran bakal bikin horor wkwkwk tapi pas ngikutin ngalir ternyata jadi begini, Kakk.

  • Hilaschou
    Hilaschou 12 Juni 2022 pukul 21.32

    Wahh. gak nyangka sebagus ini kak vina kalau buat cerita.
    Plot twist pgt ya akhirnya, suka suka suka <3
    Mudah-mudahan bakal ada cerita gini lagi ke depannya ya kak ^^

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 13 Juni 2022 pukul 17.29

      Siap, bakal bikin cermin lagi, nanti, wkwk.

  • Sulanti
    Sulanti 12 Juni 2022 pukul 22.53

    malam-malam baca ini, rada-rada horor sama merinding

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 13 Juni 2022 pukul 17.29

      Sebenernya emggak sereemm tau, wkwkwk

  • Laila RI
    Laila RI 13 Juni 2022 pukul 09.17

    ngga nebak sih kalo bakal ada plot twist-nya, tertarik sama cerpen genre horor ^^

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 13 Juni 2022 pukul 17.30

      Wkwk serius nggak ketebak? Aku udah kasih clue, sih, wkwk. Kapan-kapan bikin genre ini, deh, xixi. Thank you udah mampirr. <3

Add Comment
comment url