Dilema seorang Ibu Rumah Tangga dan Wanita Karier
"SAYANG BANGET, YA? lulusan S2, sekolah setinggi langit, mengepakkan sayap hingga ke negeri orang, tetapi ujung-ujungnya menikah dan menjadi ibu rumah tangga."
"KASIHAN, YA? Dia sibuk banget kerjanya, dari pagi hingga sore—bahkan malam, hanya berkutat pada pekerjaan sampai lupa umurnya udah seharusnya untuk menikah.*
Dua topik yang jadi bahasan paling kontroversial. Diujarkan oleh masyarakat—umumnya mereka didominasi oleh para tetangga-—yang dengan baik hati dan rela meluangkan waktunya untuk mengurusi dan mengomentari kehidupan orang lain.
Sebenarnya, tidak apa-apa untuk mengurusi kehidupan orang lain, tetapi mesti dalam batas wajar. Misal, cukup memberi tahu atau menasihati dengan cara empat mata dan sikap yang sopan serta santun. Bukan malah dijadikan topik dalam sebuah perkumpulan yang pada akhirnya berujung gibah.
Aku memang tidak pernah merasakan berada di dua posisi sulit itu. Akan tetapi, sebagai sesama perempuan, aku cukup berempati akan mereka yang dihadapkan dengan orang-orang—yang sayangnya mereka juga perempuan—yang sibuk berspekulasi berbisik-bisik di belakang punggung orang tersebut. Pasti rasanya tidak enak jadi tokoh utama dalam perbincangan sia-sia itu, kuping jadi panas, hati terasa dongkol, pikiran semakin pusing.
Entah mengapa, seakan-akan apa yang diputuskan oleh seseorang tidak luput dari omongan orang lain. Seolah-olah orang-orang baik hati itu paling tahu kehidupan seseorang sehingga meyakini keputusan yang diambil itu salah. Sementara orang-orang baik itu, hanya bersumbangsih melalui pembicaraan di belakang dan itu tidak membantu sama sekali.
Pertanyaan yang ingin kusampaikan dan membuatku penasaran kepada orang-orang baik hati itu hanya, memang apa yang salah dengan ibu rumah tangga dan wanita karier yang belum kunjung menikah? Apa yang perlu dikasih dari perempuan berpendidikan tinggi lalu menjadi seorang ibu rumah tangga? Apa pula gerangan yang membuat para orang-orang baik hati begitu ingin tahu dan sok tahu, sementara tidak ada membantunya sama sekali?
Memangnya, seorang ibu tidak boleh sekolah setinggi langit? Apakah orang-orang baik hati, tidak berpikir betapa sulit menjadi seorang ibu yang akan mendidik seorang anak manusia dan akan menjadi sosok baik di masa depan? Bahkan semua orang tahu, bahwa ibu adalah guru dan asrama pertama bagi anak-anaknya. Menjadi ibu rumah tangga tidak melulu soal mengurus dengan fisik dan hati. Akan tetapi, seorang ibu juga harus mempersiapkan otaknya untuk mengajarkan sang anak segala hal yang baik. Apakah mudah menjadi seorang ibu? Bahkan, diperlukannya banyak sekali wawasan dan ilmu yang perlu diemban sebelum menikah.
Memangnya apa yang salah dengan wanita karier? Bagaimana jika dia memiliki tanggungan untuk keluarganya sehingga belum memutuskan untuk menikah? Bagaimana kalau ternyata seorang wanita kerier itu sudah berusaha untuk mencari sosok teman hidup, tetapi takdir belum jua mempertemukannya dengan yang tepat? Kita tidak pernah tahu, apa yang dihadapinya di balik keputusan sulit yang dia buat, sementara orang-orang baik itu dengan lihai seakan-akan memahaminya. Nyatanya, untuk menikah saja dibutuhkan persiapan dan pengetahuan yang tidak sembarangan. Belum lagi, jika ada permasalahan keluarga yang menjadikannya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan dirinya. Jadi, daripada sibik berspekulasi, mengapa tidak untuk mendoakannya yang terbaik saja?
Hidup itu sederhana, dia hanya akan berputar seperti biasanya. Anehnya, orang-orang lebih suka mempersulit hidupnya dengan mengurusi kehidupan orang lain yang sebenarnya tidak diurusnya alias tidak membantu. Apakah sesulit itu untuk menghargai keputusan orang lain? Apakah tidak bisa menghargai duka-duka di balik keputusan yang dibuat yang memang itulah keputusan terbaiknya?.
Bukankah, orang-orang baik hati akan berbuat baik kepada orang lain—baik mebidupannya, pernasalahannya, maupun keputusannya.
Ngerasain di poin pertama, bukan orang lain sih yang "rewel" tapi perang batin sama diri sendiri
Tapi pasti ada sesuatu yang memicu, kan, Kak? Enggak mungkin tiba-tiba perang batin gituuu.
hi kak Vyn, its me hehehe..
kl menurut ku seorang ibu , entah berkarir atau stay at home mom, seorang ibu harus ada di pencapaian tertinggi dlm hidup nya. jadi dgn berbekal pengetahuan nya, seorang ibu bisa menghargai diri nya dan enjoy dalam peran nya.
semangad ya Kak 💋