Merajut Bentuk Hati
LEKAT-LEKAT kupandangi benda merah muda berbentuk hati. Sebetulnya, aku tidak tahu mengapa kubuat benda ini. Aku ingat betul, ketika untuk pertama kalinya benda ini terbuat. Kamu tiba-tiba datang memberikan bahan-bahan merajut untuk membentuk sebuah benda. Awalnya aku ragu, tetapi aku menerimanya. Aku sendiri masih belum memiliki imajinasi, akan dibuat apa dengan bahan-bahan ini. Akan tetapi, kamu mengatakan, “Bentuklah benda ini sesukamu.”
Tidak terlalu sering, tetapi hampir setiap hari kamu akan menemuiku hanya sekadar memantau perkembangan dari bahan-bahan yang kamu berikan. Bahkan, kadang-kadang aku yang menemuimu untuk memberi tahu bentuk seperti apa yang kamu suka. Namun, lagi-lagi kamu mengatakan, “Bentuklah benda ini sesukamu.”
Aku sering termenung, memilah-milah sekiranya bahan-bahan ini tepatnya diolah seperti apa. Sebenarnya hanya ada benang merah muda dan jarum. Aku kebingungan, dua benda ini, apakah bisa menciptakan sesuatu yang menyenangkan? Hatiku menyeletuk bahwa aku membutuhkan benda untuk dirajut menjadi sebuah bentuk. Di kala itu, aku kembali menemuinya, meminta saran apakah dia memiliki benda untuk dibentuk? Kamu menggeleng, aku sedikit kecewa, tetapi tidak apa-apa. Sebelum aku kembali, kamu mengatakan, “Mungkin kamu punya benda untuk dibentuk sesukamu?”
Itu ide bagus, ah ternyata kamu memiliki daya pikir yang brilian. Kadang-kadang aku merasa beruntung telah diberi bahan-bahan berupa benang merah muda dan jarum milikmu kepadaku. Aneh, mengapa aku tidak punya pikiran untuk membentuk sesuatu benda yang kupunya? Setelah diingat-ingat, kalau tidak salah, aku memiliki satu benda yang sudah lama tidak kusentuh selama beberapa tahun.
Cepat-cepat aku kembali untuk menemui lemari kecil terbuat kayu, berdiam diri di sudut ruangan. Sudah lama sekali aku tidak menghampiri lemari kecil ini dengan tiga sorokan yang terpampang. Kutarik sorokan paling bawah, tempat sebuah benda tersimpan. Benda itu masih di sana sejak lima tahun silam kusemayamkan di sorokan ini dengan perasaan tidak baik-baik saja. Bentuknya koyak, sudah sobek di sana dan di sini. Teksturnya sudah berdebu, aku meniupnya sampai-sampai debunya meengenai mataku. Tidak masalah, bukan hal buruk, sebentar lagi benda ini akan berbentuk sesuai yang kumau.
Hari-hari hampir kufokuskan diri untuk merajut, menusukkan benang merah muda dengan satu jarum hingga menciptakan lubang yang sedikit sekali, tetapi akan semakin berbentuk. Saking bahagianya, aku menyediakan gunting, pernak-pernik aksesoris, kain-kain lucu, dan pita berwarna senada. Dalam beberapa fokusku, dia datang dan duduk di sampingku. Melihat bagaimana proses membentuknya, tetapi dia tidak tahu akan jadi seperti apa hasil akhirnya. Biarlah menjadi sebuah kejutan. Kuharap begitu.
Namun, tentu saja benang merah muda ini terbatas. Di satu waktu, benang merah muda menjulurkan ujung tubuhnya, sementara masih ada beberapa bentuk yang belum terjamah. Sebenarnya aku ingin meminta kembali padamu, tetapi aku merasa tidak enak hati. Akhirnya aku pergi ke pasar untuk membeli satu lusin benang merah muda. Kurasa, semakin tebal benangnya, akan semakin baik sehingga benda itu tidak akan mudah rusak. Entahlah, sudah lama sekali sku tidak merajut, terakhir lima tahun lalu yang hasil akhirnya membuat hatiku dilanda badai lara dan nelangsa. Mengingat hal itu, aku sempat terhenti dan mulai mengutuki diri. Dalam keraguan aku bertanya-tanya, “Bagaimana kalau akan rusak lagi?”
Pada kala itu, kamu datang dan mengusir keraguan dari tempat duduknya. Akhirnya aku melanjutkan rajutanku yang hampir jadi, sedikit lagi menjadi satu bentuk yang utuh. Hanya perlu beberapa menit sampai benda yang utuh itu berbentuk hati. Semua itu terjadi karena kamu tadi bertanya, “Sudah hampir jadi, tidak dilanjutkan?”
Benda di genggamanku ini, aku akan memberikan padamu. Bagaimanapun, kamu dengan percuma telah memberikan bahan-bahannya. Aku hanya takut, apa kamu puas akan hasil yang telah kukembangkan? Apa kamu senang dengan hasil rajutan tanganku? Atau, bagaimana kalau, kamu sama sekali tidak menyukainya? Aku bimbang, hampir berhari-hari kuhabiskan hanya untuk mempertanyakan hal-hal yang membuatku takut untuk memberikannya padamu. Seharusnya aku menyiapkan diri untuk menerima risikonya, ‘kan? Apabila kamu tidak bisa, tidak apa-apa. Pun, aku memiliki kesalahan fatal di sini. Tidak semestinya aku memilih bentuk hati yang hancur untuk dipermak kembali. Tidak seharusnya aku memilih bentuk hati, sementara kamu membebaskanku untuk membentuknya sesuai kemauanku. Aku tahu, aku yang salah, mengapa tidak kubentuk saja bentuk yang lain, ‘kan?
Aku bukan tidak puas dengan apa yang telah kurajut. Namun, aku menyadari bahwa aku merajutnya seorang diri. Sementara yang kuharapkan adalah merajutnya bersamamu. Benang merah muda yang membalut bentuk hati itu memang tampak indah, tetapi tidak sempurna. Sebab, bentuk hati yang sempurna membutuhkan dua orang yang sama-sama dengan senang hati untuk merajutnya.
Sampai saat ini aku masih duduk memandangi benda yang kupikirkan hasilnya. Aku tidak peduli, bentuk hati ini bisa kita rajut bersama atau tidak. Aku hanya peduli proses pembuatan bentuk hati ini tidak boleh sia-sia hanya karena kamu tidak mengetahui maknanya. Aku mendongak, beranjak dsn menekukanmu. Aku berkata, "Ini adalah benda yang dibentuk sesukaku. Aku tidak memintamu untuk mengambilnya. Aku hanya ingin kamu tahu, bentuk hati ini untuk kamu, bentuk hati ini tercipta karena aku merajutnya dengan rasa suka."
Dengan begitu, kamu akan mengetahui. Kamu memang melihat prosesku merajut bentuk hati ini. Namun, kamu tidak pernah tahu bahwa bentuk hati ini merupakan interpretasi perasaanku padamu. Jadi, sekarang kamu sudah tahu, 'kan?