Perjalanan Beranjak Dewasa

AKHIRNYA AKU LAHIR setelah sembilan bulan dikandung seorang perempuan cantik berperut ajaib. Sebenarnya, aku tidak ingin meninggalkan persinggahan pertamaku yang menjadi tempat pertama dan saksi akan pembentukan diriku sebagai manusia yang sempurna. Meskipun tempat tinggal pertamaku itu kecil, kurasa hanya mampu menampung satu tubuhku saja. Dengar-dengar persinggahan pertama yang lain mampu menampung dua tubuh bahkan lebih. Aku terkagum-kagum, keren sekali perut para perempuan itu. Aku sih tidak apa-apa sendiri, aku lebih suka sendiri dan siap mengabdikan diri sebagai manusia di dunia yang baru seorang diri, pasti seru. 

Dengan mengejan sekuat tenaga, aku telah meninggalkan rumahku. Bagaimanapun, aku bahagia sekali dapat keluar dari sana karena inilah yang kuinginkan. Pada warta yang beredar, dunia itu sangat luas dan memiliki hal-hal menyenangkan yang dapat diarungi. Untuk bisa merasakannya, kita mesti belajar menjadi manusia yang bisa berjalan, berlari, bicara, berpikir, dan lain-lain. Hal itu perempuan cantik pula yang mengajarkanku untuk menjadi manusia yang berfungsi. Ah, aku benar-benar tidak sabar untuk mempelajari semua itu. Saat ini aku berada di sebuah rumah, kata ibu—akhirnya peremouan cantik itu memintaku untuk memanggilnya ibu. Aku akan merintis karier sebagai manusia di rumah ini. Aku akan belajsr giat-giat untuk dapat merekam hal-hal baru di sekitarku.

Selang beberapa waktu, akhirnya aku bisa dengan lihai berbicara, merangkak, berjalan, berlari, bahkan aku sudah mengenal hal-hal asing di sekitarku. Ibu bilang, aku harus menjadi anak yang sehat dan kuat sehingga aku memasukkan makanan sehat bernama sayur ke dalam mulut kecilku. Siapa sangka, aku sudah beranjak menjadi balita. Ibu masih mendampingiku seraya mempelajari hal-hal baru seperti menggunakan tangan kanan dalam hal baik-baik. Aku juga diajarkan untuk baik dengan teman-teman sebaya yang baru kukenal. Ibu benar-benar sabar menjadi pelatih dan guruku dalam menjejaki kehidupan di dunia ini.

Ibu juga sering mengajakku keluar rumah untuk mengenalkan lingkungan sekitar, bertemu dengan manusia sebayaku, bahkan ada yang lebih besar dariku. Aku tidak sabar untuk menjadi tinggi seperti manusia-manusia yang berlalu lalang di pandanganku. Mataku akan selalu berbinar-binar jika menemukan manusia yang lebih tinggi dariku. Mereka berperilaku berbeda-beda, ada yang pendiam, ada yang suka tertawa, ada yang suka tersenyum, tetapi ada juga yang menangis, ada yang berteriak seperti marah-marah, ada juga dua manusia yang saling bertengkar. Ketika kutanya ada apa dengan mereka? Ibu hanya menjawab jangan dipikirkan, itu urusan orang besar. Sebagai anak yang penurut aku hanya menuruti saja. Apa pun itu, aku ingin cepat-cepat tumbuh besar dan menjelajahi dunia ini dengan sukacita.

Cepat-cepat kubuka mata, ibu berkata padaku bahwa hari ini adalah hari aku akan belajar di sekolah. Bertemu dengan teman-teman dan para guru. Ibu selalu berpesan supaya aku rajin belajar dan menjadi anak yang pintar agar menjadi orang sukses seperti manusia-manusia yang tinggi dan besar itu. Tentu saja, ini adalah cita-citaku yang harus dikejar. Selama menyandang sebagai murid, banyak hal baru yang aku temui. Aku bertemu dengan teman-teman baru yang seru, kami bermain dan bercerita bersama. Ada pengalaman baru yang kualami, aku pernah hampir menjadi musuh salah satu teman sekelasku. Sebenarnya aku tidak tahu mengapa dia seperti itu dan aku merasa tidak melakukan hal yang membuatnya harus kesal padaku. Ketika kuceritakan pada ibu, dia bilang tidak apa-apa nanti kamu minta maaf saja sama dia, ya. Tentu saja itu tidak mungkin, teman yang memusuhiku itu tidak pernah mau dekat-dekat denganku. Pada akhirnya aku berusaha untuk tidak peduli dan hanya bermain dengan teman-teman baikku.

Akhirnya aku sudah sedikit lebih tinggi, seragam sekolah pun sudah berganti menjadi putih biru. Hal-hal baru terjadi lagi di dalam hidupku. Aku semakin mengenal banyak nama teman baru, beberapa teman kecilku berada di gedung yang sama denganku. Namun, ada satu di antaranya yang berhasil membuat perasaanku berubah menjadi taman bunga. Hanya dengan melihatnya, jantungku dibuat berdetak tidak karuan. Mendengar hal itu, ibu senyum-senyum, dia bilang itu cinta pertama. Mami bilang cinta pertama itu adalah masa-masa romansa yang indah. Namun, pada akhirnya untuk oertama kalinya aku patah hati dan menangis pelukan ibu. Ibu bilang, tidak apa-apa, nanti sakitnya akan hilang. Benar saja, memang perlahan-lahan rasa itu akan hilang.

Aku sudah semakin tinggi, seragam sudah berganti menjadi putih abu-abu. Awalnya aku sangat tidak sabar menjadi siswa SMA yang diberitakan adalah masa sekolah paling menyenangkan. Aku pun sudah siap untuk memiliki teman-teman baru dan sudah siap untuk mengukir kisah cinta di sini. Namun, semua itu tidak bertahan lama karena aku menemukan teman-teman yang menusukku di belakang, lelaki yang kucintai mengkhianatiku, dan kadang-kadang aku hanya bisa diam tanpa tahu harus bagaimana. Aku hanya pulang dan menjadikan ibu sebagai tempat cerita dan tangisku. Akan tetapi, hal itu berubah ketika ibu pergi, ibu pergi untuk selamanya. Ini adalah patah hati paling tidak enak yang pernah kurasakan. Aku telah kehilangan rumahku. Semua berubah, bu. 

Ketika aku semakin tinggi dan besar lalu memasuki dunia perkuliahan. Biasanya aku akan dengan antusias dan senang hati menyambut hal-hal baru. Tidak untuk kali ini, aku mulai merasa khawatir akan apa-apa yang menyeretku hingga tepi jurang. Saat ini aku hanya bisa berjalan saja, tanpa harus mengharapkan apa pun. Namun, tetap saja, beberapa kali aku menjadi terlena dan kembali terpatahkan karena harapan dan ekspektasi. Aku semakin stres dan tidak bahagia. Ketika mengakhiri perkuliahan, bu, ini dunia apa? Dunia luas mana yang kata orang-orang menyenangkan? Rasanya aku mulai takut untuk semakin tinggi dan besar.

Ibu mengajarkanku untuk berjalan, tetapi berjalan di jalanan bukan di jalan kehidupan. Ibu memang mengajarkanku apa-apa yang ada di dunia ini, tetapi hanya sisi baiknya tidak dengan sisi buruknya. Aku tahu, ibu tidak ingin anaknya dijejal dengan informasi betapa dunia luas yang menyenangkan ini hanya ilusi, pada kenyataannya dunia ini seperti antah berantah. Ibu, aku sudah menjadi seperti manusia yang tinggi dan besar, aku sudah memasuki dunia manusia tinggi dan besar. Dunia yang biasa disebut dengan dunia orang dewasa, ibu aku sudah dewasa di dunia antah berantah ini. Ibu aku tahu, aku terlambat merasa takut untuk dewasa. Ibu, kalau boleh aku bertanya pada Tuhan, mengapa Dia mengambilmu di saat aku dewasa, di saat aku butuh pelukan hangat dan untaian kalimat menenangkan dari bibirmu?

Jika boleh membuang-buang waktu untuk berandai, rasanya aku ingin kembali ke masa-masa remaja, di mana aku masih memikirkan tentang cinta monyet dan patah hati karenanya, tetapi ibu akan menyembuhkanku. Aku ingin kembali ke masa anak-anak, di saat aku bisa tertawa dengan permainan sederhana, kesal hanya karena kalah dalam permainan, dan berbaikan dengan permainan yang akan dimulai. Aku ingin kembali ke masa balita, ketika aku masih mempelajari semuanya dengan antusias. Atau, boleh tidak aku kembali ke perut ajaib ibu?


Next Post Previous Post
8 Comments
  • siti nurhayati
    siti nurhayati 26 Juli 2022 pukul 23.13

    Kisah perjalanan seorang anak yang terlahir ke dunia ya. Fase apapun tetap enak kok Vina. Masing-masing memiliki momennya tersendiri.

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 27 Juli 2022 pukul 19.08

      Tentang seseorang yang takut untuk dewasa, tapi dia enggak bisa takut lagi karena udah dewasa wkwkwk

  • Hilaschou
    Hilaschou 28 Juli 2022 pukul 09.23

    Kenapa relate banget ya sama perasaanku akhir-akhir ini :))
    Dulu pengen cepet cepet dewasa, sekarang buang buang waktu berharap kembali muda🙃

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 31 Juli 2022 pukul 09.05

      Wkwk iya bener, tapi udah terlanjur dewasa harus survive dan dihadapi, kalau takut-takut tapi enggak ada aksi enggak baksl berkembang kitanya.

  • Reza Liswara
    Reza Liswara 28 Juli 2022 pukul 13.49

    Masing-masing fase memiliki kesenangan masing-masing, mungkin pas dewasa ngerasa takut karena ada beberapa hal yang dilewatkan ketika masa muda? #IkutanRefleksiDiri

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 31 Juli 2022 pukul 09.06

      Iya banyak hal yang dilewatkan di masa muda, tetapi daripada menyesal lebih baik untuk memulainya sekarang.

  • Sulanti
    Sulanti 30 Juli 2022 pukul 23.14

    Aku kayak lagi baca fase-fase aku dari dalam rahim hingga sekarang, jujur aku juga pengen banget balik ke masa kecil. Aku lebih menyukai masa kecil dibanding masa sekarang tetapi aku tetap mensyukurinya, namanya juga proses.

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 31 Juli 2022 pukul 09.07

      Yup, ketika kita enggak menyukai sesuatu hal, tetapi enggak ada yang bisa dilakukan untuk itu. Bersyukur jadi opsi paling bijak yang mesti diterapkan.

Add Comment
comment url