One-Side Love: Siapa yang Salah?
CINTA SEPIHAK adalah ketika hanya kita yang mencintai, hanya kita yang berharap, hanya kita berjuang, dan pada akhirnya hanya kita yang patah hati. Pun, tidak ada yang bisa disalahkan, ketika kita bergelut bersama patah hati yang amat mengiris hati. Kadang-kadang ingin rasanya menyalahkan dia yang tidak kunjung memupuk ekspektasi kita yang tinggi. Kadang-kadang pula ingin rasanya menyalahkan cinta yang datang tanpa mengetuk pintu. Lantas, apa perlu menyalahkan diri sendiri?
Sebagai orang yang pernah ada di posisi one side love, aku akan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa disalahkan. Akan tetapi, beberapa waktu aku pernah berusaha menyalahkan dia yang tidak membalas apa yang kurasa. Sementara itu, aku enggak boleh egois untuk memaksa dia menjadi milikku. Pernah terlintas, kembali berjuang, pantang menyerah untuk mendapatkannya, tetapi lama-kelamaan tidak ada hasilnya dan tanpa disadari diri ini menjadi manusia paling egois. Pun, dengan melakukan hal itu, aku telah menyakiti diriku sendiri.
Apa cinta bisa dituduh untuk disalahkan? Ini lebih tidak masuk akal, cinta itu sesuatu yang tidak berbentuk dan tidak berwujud. Cinta itu abstrak dalam segala hal, cara datangnya abstrak, waktu datangnya abstrak, bahkan cara mengakhirinya juga abstrak. Kadang-kadang cinta hadir sebagai pemanis di tengah asam garam hidup, di tengah pahitnya kehidupan yang pelik. Itu jika kita berhasil mengolah rasa manisnya dengan benar. Bagaimana jika, cinta yang kita emban menciptakan kepahitan yang mesti kita kecap sendiri? Lagi-lagi cinta hanya menyodorkan dirinya untuk dicicipi. Bahwa cinta harus dipahami supaya dapat diolah dengan baik.
Mau menyalahkan diri sendiri? Sebetulnya, walaupun kita sendiri yang mencintai, kita sendiri yang membangun rasa itu, tetapi ketika rasa patah itu bertandang, kukatakan jangan pernah menyalahkan diri sendiri. Daripada menyalahkan diri, mengapa tidak untuk belajar dari kegagalan yang kita alami? Harus dipahami bahwa, ketika cinta kita bertepuk sebelah tangan, bukan berarti kita tidak pantas untuk dia, pun bukan berarti dia tidak pantas untuk kita. Kadang-kadang ketika dua orang dipaksa bersama dengan cinta sepihak, akan sama-sama menyakiti diri sendiri dan menjadi sebuah hubungan yang tidak sehat. Mungkin tidak apa-apa untuk berjuang mendapatkannya setelah mengetahui bahwa dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan kita, tetapi harus dibatasi dan butuh rem untuk tidak melulu mengejar. Sudah sepatutnya pula untuk berhenti berjuang ketika dia benar-benar tidak memberi ruang untuk kita singgah. Sebab, cinta butuh dua orang yang saling berjuang. Berjuang sendirian bukanlah cinta yang utuh, melainkan cinta yang akan runtuh.
Mencintai seseorang memang tidak lepas dari ekspektasi-ekspektasi yang kita bangun sendiri. Jika ditanya boleh atau tidak, ya, boleh dan sah-sah saja. Namun, kadang-kadang kita suka enggak sadar bahwa ekspektasi itu semakin tinggi dan perasaan cinta ikut semakin berkembang, tanpa memikirkan tentang apakah cinta kita ini dapat diterima sesuai dengan ekspektasi tersebut? Jika iya, selamat, dewi cinta tengah berpihak. Namun, apabila dewi cinta sedang tidak mengizinkan cinta kita berbalas? Maka, kita telah mematahkan hati kita sendiri dengan ekspektasi yang dibangun terlalu tinggi.
Ketika cinta itu datang, kita mesti memahami bahwa akan ada risiko yang diterima. Tidak ada salahnya untuk mencintai selama kita tahu risiko yang akan diterima. Untuk lengkapnya, aku pernah membahas perihal risiko mencintai di Cinta Jatuh. Untuk mencintai juga, tidak ada salahnya untuk mengutarakan lebih dulu, supaya kita tahu pasti apakah dia juga memiliki perasaan yang sama terhadap kita? Jika iya, silakan untuk berdiskusi tentang kelanjutan perjuangan yang harus dilakukan sama-sama. Jika nyatanya, dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan kita, ya sudah, inilah yang kukatakan sebagai risiko mencintai. Kita akan merasa patah hati, tetapi itu dapat dikendalikan dengan jangan membangun ekspektasi terlalu tinggi.
Jadi, tidak ada yang salah dalam mencintai. Kita hanya perlu mengenal cinta secara luas dan utuh. Cinta tidak melulu perkara suka-suka, tetapi ada duka-duka yang mesti diselami, supaya kita tidak terjerembab terlalu dalam. Salam cinta untuk para pencinta yang tengah berjuang. Untuk yang saling menyukai, berjuanglah bersama sampai takdir benar-benar menyatukan sampai kehidupan telah berganti menjadi keabadian. Untuk yang berjuang sendirian, ingatlah untuk berhenti ketika dia tidak memberi ruang untuk kita. Percayalah akan ada cinta yang memperjuangkan kita, semua hanyalah perkara waktu yang masih menjadi misteri.
Duh bisa aja, nih Ka Vina istilahnya. Cinta sepihak hanya menyebabkan cinta itu akan menjadi runtuh karena cinta butuh perasaan yg utuh dari kedua belah pihak.
Iyaa kak kalau enggak utuh ya bakal runtuh kitanya wkwk
Tidak enaknya cinta sendiri kak Vin. Kecuali kita sudah siap untuk terus mencinta tanpa dicinta.
Wkwk ini harusnya dihindari ya kak, kalau misal kita udah berusaha, udah berjuang, tapi dia masih belum bisa merasakan hal yang sama dengan apa yang kita rasain, ya, kita ga bisa maksa dia. Artinya kita harus berhenti untuk mencintainya.