Tamu Spesial
AKU TAHU mungkin pada akhirnya akan kembali patah hati. Menurutku, itu sdalah langkah yang cukup berani, meskipun masih ada sedikit keraguan bahkan ketakutan. Akan tetapi, itu bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan selama aku tidak membiarkan harapan itu menggantung di ketinggian. Hanya saja, ada sesuatu yang kubiarkan singgah semenjak pertama kali mengetuk pintu. Secara sadar, aku sendiri yang akhirnya memutuskan untuk membukanya. Awalnya perlahan-lahan, tetapi semakin lama pintunya kubuka lebar-lebar. Jadi, silakan masuk dan singgahlah sesukamu karena kamu adalah tamu spesialku.
Mungkin rumahku tidak begitu luas, tetapi ini cukup untuk kamu tempati. Selama kamu di sini, tidak akan kubiarkan siapa pun masuk melalui pintu yang kalau sewaktu-waktu akan berbunyi ketukan. Aku tahu, mungkin kamu akan tidak apa-apa untuk membiarkan siapa pun masuk karena ini rumahku—aku tahu, ini bukan urusanmu. Namun, urusanku adalah membuatmu nyaman dan singgah lebih lama, tetapi pintunya kubuka lebar saja, ya? Tidak apa-apa kalau mau pergi. Sebab, aku sudah menyiapkan segala risiko yang akan terjadi ke depannya. Selain mulai kembali untuk membuka pintu, aku juga sudah antisipasi untuk siap kalau-kalau kamu akan membuat rumahku sedikit berantakan atau rusak.
Sembari kamu menjelajahi isi rumahku, kurasa kamu bersedia untuk mendengar cerita sedih. Tentang bagaimana akhirnya rumah ini kembali tertata rapi. Asal kamu tahu, bahwa rumah ini sebelumnya tidak layak dikunjungi apalagi disinggahi. Seseorang sebelum kamu tega mwngacaukan rumah ini. Namun, kamu tahu tidak apa yang lebih tega? Aku, aku membiarkannya sampai benar-benar rusak. Setelah itu dia pergi, tetapi dia pamit dan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah kembali lagi. Sementara, aku dibuat terpaku di tempat, mencoba untuk memahami apa yang telah terjadi. Memang bodoh, tetapi aku baru sadar dampaknya akan seperti ini. Rumahku bahkan sudah runtuh, puing-puingnya telah bersatu dengan lantai menimbun jejak-jejak persinggahan dia. Aku menyesal membiarkannya menghancurkan rumahku, tetapi aku lebih menyesal karena aku telah membuka pintu dan membiarkan dia singgah.
Tunggu, seharusnya kamu tidak perlu mengerutkan kening seperti itu. Mungkin saat ini aku telah melakukan hal yang sama, aku telah membuka dan membiarkanmu masuk. Aku tidak tahu apa kamu akan singgah, tetapi kali ini aku tidak akan membiarkanmu membuat rumah ini runtuh seperti beberapa tahun lalu. Walaupun begitu, kamu mesti tahu bahwa kamu adalah tamu spesialku karena kamu yang pertama mengetuk pintu setelah insiden runtuhnya rumahku. Kali ini aku sudah merasa lebih baik, setidaknya butuh waktu lama untuk rehat dan pulih kembali karena dengan susah payah menata lagi rumah ini. Namun, aku cukup puas karena pilar-pilarnya lebih kokoh daripada yang sebelumnya. Itu artinya aku sudah tidak perlu takut akan runtuh lagi karena aku telah belajar dari pengalaman, tidak akan kubiarkan siapa pun meruntuhkannya lagi, termasuk kamu.
Sebenarnya, ada satu ruangan di tempat ini yang berusaha untuk tidak membiarkanmu ke sana. Ruangan yang kala itu menjadi yang paling hancur, aku merenovasi dengan kesulitan paling menguras hati dan diri. Aku menahan diri untuk membawamu lebih jauh, aku tidak ingin menjadi egois karena tidak mau melepaskanmu atau aku sendiri yang akan menghancurkan ruangan tersebut dan rumah ini. Namun, aku akan memberi tahu saja, bahwa ruangan tersebut memiliki makna spesial. Aku akan membiarkanmu masuk, jika kamu bersedia saja. Setidaknya kamu tahu, bahwa aku telah menyambutmu dan mengelilingi rumah ini hingga hampir penuh. Kamu tahu, meskipun aku berani untuk membuka pintu, tetapi aku masih memiliki ketakutan untuk terluka lagi. Aku tidak mau membiarkan hal tersebut terjadi lagi. Jika ingin singgah, singgahlah sesukamu, tetapi kumohon jika ingin pergi, pergilah tanpa harus mengacaukan rumahku, ya?
Kalau dipikir-pikir, dari penyesalan yang pernah kurasakan. Aku dapat mengambil pelajaran untuk mengantisipasi kalau-kalau akan ada tamu spesial yang datang. Maksudku adalah, silakan singgah, tetapi aku akan selalu mengingat kemungkinan yang akan terjadi tentang risiko yang bisa saja menghadirkan luka lagi. Namun, kali ini sebagai seseorang yang siap dan sudah tahu rasanya patah hati. Aku tidak apa-apa membiarkanmu singgah dan silakan pergi sesukamu, lalu aku akan kembali menutup pintu seraya menenangkan diri tanpa harus menata rumahku lagi dan lagi.
Pada akhirnya, aku hanya bisa menerima kenyataan tentang kamu memilih untuk singgah dan menetap di ruanganku yang paling spesial atau aku harus menerima bahwa kamu tidak akan singgah lama dan pergi. Tidak apa-apa, tetapi setidaknya kamu tahu bahwa kamu adalah tamu spesialku.