Ada Apa dengan Gibah?

 


SETIAP HARINYA kita tidak luput dengan gosip-gosip yang beredar di sekitar kita. Baik berupa media digital, media tulis, atau yang paling sering dijumpai melalui media dari mulut ke mulut. Atau sebut saja dengan gibah. Sebelum ke inti, mari kita bahas terlebih dulu pengertian dari gibah dari beberapa sudut pandang.

Apa itu Gibah?





Bahkan, Rasullullah Shalallahu 'alahi wa Sallam  menguraikan pengertian gibah dalam sabdanya,


Dari empat pengertian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa gibah adalah membicarakan keburukan, aib, kejelekan seseorang tanpa ada hajat dan tanpa ada orang yang bersangkutan di sekitar kita, entah itu berupa kebenaran atau sebaliknya. Kalau bahasa gaul masa kini, lebih sering disebut dengan kalimat, “ngomongin di belakang orangnya”.


Setelah mendapat pengertian yang tentu kita semua sudah tahu dan paham. Bahkan, dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa hal itu bukanlah hal yang baik. KBBI sendiri mengatakan bahwa gibah dilarang, tetapi mengapa banyak dari kita yang masih melakukannya, bahkan menjadi hal yang lazim dilakukan?


Aneh, padahal gibah tidak mendatangkan keuntungan bagi pelakunya. Jika hanya untuk kesenangan semata atau untuk memuaskan hati, kurasa itu sangat membuang-buang waktu. Pun, jika hal itu dilakukan hanya demi mempererat sebuah hubungan pertemanan atau kekeluargaan, hanya demi menuai obrolan-obrolan yang seru dalam suatu circle, kurasa itu kurang sehat—tidak etis. 


Apakah sesempit itu, untuk memuaskan kesenangan diri dengan bergibah dari waktu ke waktu? Apakah sesempit itu, jika berada di suatu circle berujung pada gibah? Mengapa hal-hal sempit seperti itu menjadi sebuah kebiasaan yang seharusnya tidak lazim? Sudah jelas sekali, bahwa gibah memiliki makna yang buruk, tidak ada manfaatnya, mendatangkan dosa, tetapi mengapa masih diterapkan?


Omong-omong soal mendatangkan dosa, bagaimana dengan bentuk dari dosa gibah itu sendiri, ya? Mari kita bahas bersama-sama dengan tentu saja aku melakukan riset supaya kita dapat memahami dan takut untuk mengulanginya kembali.


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman mengenai gibah dalam QS. Al-Hujurat: 12—sila teman-taman cek sendiri, baca juga artinya—di sana terdapat kalimat, 'Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?’. Dalam tafsirnya terkait ayat tersebut, Asy Syaukani rahimahullah mengibaratkan orang yang bergibah seperti memakan bangkai seseorang. Sampai situ, apa yakin untuk menggunjing seseorang—dengan kata lain, memakan bangkai seseorang yang kita gunjing?


Gibah adalah dosa yang besar, sehingga untuk menebusnya kita harus bertaubat dan meminta kehalalan pahala dari orang yang digunjing. Dalam Kunuz Riyadhis Sholihin (18: 164) disebutkan, “Para ulama sepakat akan haramnya ghibah dan ghibah termasuk dosa besar.”


Cukupkanlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu sabda Rasulullah ﷺ sebagai pengingat untuk tidak menggunjing atau bergibah, untuk berhenti dari menggunjinbkan orang lain.


Memang, mamusia tidak luput dari kesalahan, kejelekan ataupun aib, tetap hal itu sangatlah tidak etis untuk dijadikan topik pembahasan. Bagaimana jika kejelekan, aib, keburukan kita sendiri dibicarakan oleh orang lain tanpa kita ketahui? Kadang-kadang untuk melakukan hal buruk, coba pikirkan kembali dan tanyakan pada diri sendiri, “Bagaimana kalau hal buruk itu terjadi pada diri kita sendiri?”


Banyak sekali hal yang dapat dijadikan topik pembicaraan ketika berkumpul bersama teman atau keluarga. Mulai dari seputar hobi atau kegemaran, tentang kehidupan yang luas, atau bertukar pikiran dengan saling berbagi wawasan. Membangun circle yang sehat itu mudah.


Sumber referensi:


• https://muslim.or.id/24409-cara-bertaubat-dari-dosa-ghibah.html


• https://rumaysho.com/9205-ghibah-dosa-besar.html


• https://muslimah.or.id/9986-jagalah-lisanmu-dari-ghibah.html


• https://muslim.or.id/24409-cara-bertaubat-dari-dosa-ghibah.html




Next Post Previous Post
4 Comments
  • Abah Abahski
    Abah Abahski 10 Juni 2022 pukul 22.15

    Susah emang yaa buat menghindari gibah tuh, rasanya mau tinggal di hutan aja

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 10 Juni 2022 pukul 22.43

      Ya kenapa ke hutan sii. 😭😭

  • Nita
    Nita 11 Juni 2022 pukul 09.45

    Gosip makin digosok makin asik, hehe. Mdh2an kita terhindar dari bahaya ghibah ya. Aamiin

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 11 Juni 2022 pukul 14.33

      Aamiin, memang harus dihindari.

Add Comment
comment url