Memahami 5 Alasan Kenakalan Anak Remaja!
freepik |
Awalnya aku merasa anak remaja yang nakal itu enggak wajar. Mereka bersikap semaunya, enggak peduli bahwa tindakan mereka itu mengganggu dan menyakiti orang lain.
Aku enggak menyukai anak nakal karena mereka selalu berbuat onar. Anak-anak nakal itu hanya menciptakan dan menambah masalah baru. Apa mereka enggak kasian dengan orangtua mereka?
Tatkala usiaku sebagai seorang kakak beranjak, seiring dengan itu ada seorang adik yang juga ikut tumbuh. Dunia mulai berbalik, takdir seakan-akan menindas asumsiku.
Mungkin aku bisa berasumsi enggak baik terhadap perilaku nakal dari para anak-anak remaja. Mungkin aku bisa iba terhadap orangtua atau keluarga yang memiliki anak nakal.
Sampai akhirnya, asumsi mulai menguap, entah raib ke mana. Segala asumsi tersudut dengan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Namun, ada rasa bersalah yang menghantui.
Mengapa anak itu bisa nakal? Apakah dia benar-benar melakukan kesalahan? Dari mana anak itu mencontoh perilaku nakal? Dan, apa aku salah dalam mendidiknya?
Makin lama, aku makin berpikir. Memang benar anak nakal itu salah karena melakukan kesalahan.
Akan tetapi, apakah pernah kita berpikir bahwa kita sebagai keluarga terkadang punya andil dalam pembentukan karakter kenakalan para anak remaja tersebut?h
Memahami Kenakalan Anak Remaja, Apa yang Terjadi?
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak remaja menjadi nakal. Anehnya, banyak orang dewasa enggak menyadari faktor pemicu yang banyak tersebut.
Anak remaja yang nakal selalu disalahkan, kadang-kadang mereka dihukum berat oleh orangtua. Anak nakal itu makin terpojok dan merasa dirinya memang nakal.
Akibat terus-menerus dijuluki 'anak nakal', maka dia akan mengklaim dan merealisasikan julukan tersebut. Sejatinya, mereka sedang dalam pencarian jati diri.
Orang yang tengah mencari jati diri, bukankah butuh dituntun untuk sampai ke jalan yang benar? Ini yang harus kita pahami sebagai orangtua atau saudara kandung.
Bukan berarti memaklumi atau menormalisasi anak remaja nakal. Namun, menyalahkan dan mengatakan nakal secara eksplisit pun enggak akan membuat mereka berubah.
Daripada berpikir anak atau adik/kakak kita yang nakal melakukan kesalahan, mengapa kita enggak coba untuk mengubah pola pikir terhadap apa yang sebenarnya terjadi dengan anak anak nakal?
freepik |
1. Kurang Perhatian dan Kasih Sayang
Peran anak di rumah memang memiliki hak untuk menghormati dan menyayangi orangtua. Namun, hal itu akan terjadi kalau kita memberi kasih dan sayang kepadanya.
Bukankah anak akan meniru perilaku orang yang lebih dewasa di rumahnya? Mereka akan merekam tiap sikap, tindakan, dan ucapan untuk diterapkan.
Kalau-kalau kita sibuk dengan pekerjaan kita, enggak memiliki waktu untuk sekadar bercengkrama dengan anak. Lantas, di mana peran kita untuk mengasihi dan menyayanginya?
Kalau waktu kita habis untuk bekerja, lantas bagaimana kita bisa mengetahui perkembangan anak tersebut? Bagaimanapun, anak akan su membutuhkan sosok yang mengayomi.
Terutama peran ayah. Sosok ayah mesti menjadi figur yang baik dan bijak bagi anak laki-laki maupun perempuan.
Memang, kita—orangtua atau saudara kandung—mencari nafkah untuk anak. Akan tetapi, anak juga butuh dukungan moral dan kehangatan keluarga.
Materi hanya akan memenuhi kebutuhan eksternal sang anak. Namun, bukankah ada kebutuhan psikis dan hati yang juga harus dipenuhi?
2. Pola Asuh Orangtua
Kenakalan anak remaja bisa aja dipicu karena pola asuh yang salah. Dalam hal ini, kita sebagai orang dewasa perlu instrospeksi diri dan merenung.
Memang orangtua punya cara sendiri dalam mendidik anak karena karakteristik tiap anak berbeda-beda. Namun, pola asuh yang salah dapat membentuk karakter nakal sang anak.
Seperti diktator, mengatur semaunya, menekan dan memojokkan anak, apalagi sampai mengumpat atau menjuluki anak dengan julukan-julukan enggak baik.
Pada akhirnya anak menjadi tertutup dan sulit untuk mempercayai kita. Kita berpikir anak tersebut menurut, tetapi kita enggak pernah tau dampak pola asuh salah terhadap anak itu di luar rumah.
3. Konflik antar Orangtua
Konflik dalam rumah tangga memang hal yang biasa. Orangtua juga punya tugas untuk mempertahankan hubungan keluarga. Ini bukanlah tugas mudah.
Kadang-kadang ada orangtua yang sulit mengendalikan emosi. Pada akhirnya, konflik di antara keduanya terdengar atau terlihat oleh anak-anak.
Fatalnya adalah ketika konflik terjadi, orangtua telah melupakan bahkan kehilangan peran orangtua di rumah. Mereka sibuk dengan ego dan membuat masalah menjadi makin rumit.
Alhasil, kondisi dan suasana rumah jadi enggak nyaman. Anak-anak menjadi enggak betah, mereka kehilangan peran orangtua yang seharusnya mendidik dan menyayangi mereka.
Akhirnya, hal ini bisa memicu kenakalan anak remaja karena mereka merasa bebas. Berpikir bahwa orangtua enggak akan peduli karena sibuk dengan masalah mereka.
Menjadi orangtua memang enggak mudah. Mengendalikan emosi, memecahkan dan menyelesaikan masalah adalah tugas yang sulit. Ada ego yang mesti ditekan demi kebaikan sang anak.
4. Kurangnya Ruang Diskusi
Dengan adanya ruang diskusi di mana kita dan anak saling bercerita dan mendengarkan. Memberi masukan dengan baik, tanpa harus menyudutkannya.
Dengan mendengarkan berita anak, kedekatan akan terjalin dan anak jadi makin percaya terhadap kita. Enggak perlu memaksa mereka untuk cerita, terutama anak laki-laki.
Ruang diskusi ini bisa menjadi kesempatan untuk mengenal karakter anak. Sebab kenyataannya, banyak orangtua yang enggak mengenali karakter sang anak.
Hal itu terjadi karena kurang adanya komunikasi dan diskusi yang baik. Lagi-lagi karena kita sibuk dengan dunia kita sendiri. Sampai mengabaikan sang anak.
Dengan adanya ruang Diskusi ini seenggaknya kita bisa mengajarkan anak untuk membedakan mana yang baik dan enggak. Memberi pemahaman terkait berperilaku.
Seenggaknya hal tersebut dapat mengurangi terjadinya kenakalan anak remaja.
5. Lingkungan yang Kurang Tepat
Kenakalan anak remaja bisa juga terjadi karena faktor eksternal atau dari luar rumah. Entah teman sekolah atau di lingkungan rumah.
Sebenarnya enggak masalah untuk membiarkan anak bermain dengan siapa pun. Asalkan kita bisa memberi batasan yang menjadi peringatan sang anak.
Anak tawuran karena bergabung dengan temannya yang tawuran. Anak bolos sekolah bisa jadi karena mengikuti tabiat temannya. Anak yang nakal pun bisa jadi karena berteman dengan anak nakal.
Namun, butuh pemikiran dalam dan pemahaman yang bijak. Seperti bahwa sang anak harus tau mana yang baik dan salah, sehingga enggak mudah terbawa arus.
freepik |
Kenakalan anak remaja enggak seratus persen karena kesalahan dirinya sendiri. Pada akhirnya, anak punya alasan yang enggak disadarinya.
Sebagai orangtua atau orang dewasa, kadang-kadang perlu untuk bertanya lebih dulu kepada dirinya sendiri, "Apa ada yang salah dengan pola asuhku?"
Kita terlalu menuntut anak untuk memahami, tetapi kita enggak bisa memahami bahwa alasan anak nakal bisa terjadi karena diri kita sendiri. Apa yang ditanam, itu yang dituai, kan?
Kenakalan anak remaja kini menjadi hal biasa karena orangtua atau orang dewasa terbiasa abai terhadap pemicunya.
—
Referensi: https://www.halodoc.com/artikel/kenakalan-anak-saat-remaja-karena-kurangnya-peran-ayah