Self Healing: Keajaiban Menulis untuk Kesehatan Mental
Kita enggak pernah diberi tahu kalau hidup adalah tantangan yang harus dilalui prosesnya. Hidup bukanlah jalan tol yang mulus. Hidup itu jalannya berliku, berlubang, dan menukik tajam.
Akibat sudah terbiasa dengan ekspektasi kehidupan tanpa rintangan, ketika beranjak dewasa dikejutkan dengan berbagai permasalahan. Sementara, kita enggak ada panduan untuk menyelesaikan masalah.
Jangankan beranjak dewasa, enggak sedikit para anak yang udah dihadapi dengan kerasnya masalah hidup. Broken home, bullying, masalah ekonomi, faktor lingkungan. Akhirnya anak-anak tersebut tumbuh dengan struggling.
Selama proses pertumbuhan demgan masa yang dihadapi per fasenya, kadang-kadang kita enggak sadar mememdam semua itu. Kepahitan masa lalu menumpuk di batin dan akhirnya berkumpul di alam bawah sadar.
Hal itu menjadikan kita lupa atau bahkan enggak tau caranya menyelesaikan dan mengekspresikan perasaan terhadap masalah tersebut. Namun, Temam Vina harus tahu akan keajaiban menulis bagi kesehatan mental.
Keajaiban Menulis bagi Kesehatan Mental, Kegiatan Pembasuh Luka
Pada sebuah webinar Memulis untuk Self Healing oleh Indscript Creative yang dinarasumberkan oleh seorang psikolog muda bernama Sinka Mutasia. Salah satu bal yang memarik perhatianku adalah cerita luka Mbak Iren penyintas bipolar.
Mendengarkan kisah Mbak Iren demgan masa lalunya hingga dampak dari peristiwa masa lalu, aku melihat betapa beliau memiliki ketegaran yang luar biasa. Masih mampu berdiri tegak, meski terus-menerus ditempa.
Bagiku yang secara mental sehat, membuat ku lebih tulus lagi dalam menikmati bidup. Mbak Iren amat menginspirasi terkait perjuangan beliau menghadapi berbagai problematika kehidupan.
Pada akhirnya, menulis adalah salah satu proses terapi mental. Betapa memulis memiliki manfaat yang begitu ajaib. Kegiatan Memulis memang tampak mudah, tetapi enggak bagi para gangguan mental.
Mbak Sinka Mutasia seorang psikolog muda pun menjelaskam bahwasanya mereka demgan trauma masa lalu akan membutuh effort lebih. Sebab, hal itu akan membaktikan memori dan membuka kisah lama.
Mereka akan menuliskan sesuai emosi yang hadir. Kadang-kadang mereka akan merobek buku dan menekan setiap kata yang ditulis. Bahkan, membuat kertas menciptakan titik air mata.
Namun, semua itu bukan tanpa alasan, melainkan akan ada dampak baik karena menulis adalah terapi. Bukankah segala hal yang terjadi dan ada di dunia ini akan selalu memiliki manfaatnya sendiri?
1. Menyampaikan Ekspresi
Temam Vina pasti udah nggak asing lagi dengan alasan teman sesek penulis yang punya alasan menulis. Alasan-alasan tersebut didominasi oleh bagaimana seorang penulis ingin menyampaikan ekspresi dan perasaannya.
Enggak semua orang bisa memiliki tempat untuk mengeluarkan keluh kesahnya. Apalagi bagi mereka dengan gangguan kesehatan mental, mereka punya trust issue yang mana mereka tidak berani untuk speak up.
Sebab, enggak semua orang dapat mengerti dan memahami apa yang kita rasakan sehingga menulis adalah salah satu solusi untuk mengekspresikan perasaan dan masalah yang terjadi di hidup kita.
2. Menjadi dan Mengenal Diri Sendiri
Selama kita menulis dan mengekspresikan perasaan kita, di mana di sana kita menumpahkan segala emosi di dalam tulisan. Tanpa disadari kita telah menjadi diri sendiri.
Seakan-akan kita didengarkan karena kita nggak pernah didengarkan oleh orang lain. Dengan menjadi diri sendiri artinya kita juga belajar untuk mengenal siapa kita.
Kita jadi tahu apa kelebihan dan kekurangan kita, kemudian bagaimana karakter kita terhadap suatu masalah melalui tulisan yang kita tulis. Sehingga kita jadi lebih bisa mengendalikan dan meregulasi emosi kita.
3. Mereduksi Stres
Udah bukan jadi keraguan lagi kalau menulis dapat mereduksi stres yaitu kondisi di mana stress kita jadi terolah dengan bail. Stres bisa terjadi karena faktor apapun. Namun, stress sering kali terjadi karena fenomena overthinking.
Overthinking adalah ketika kita memikirkan banyak hal bersifat masalah dalam satu waktu dan enggak menemukan solusi sama sekali. Nah, situasi itu pada akhirnya akan membuat kita stres karena terus memikirkan hal tersebut.
Sementara dengan menulis permasalahan yang kita rasakan akan dituangkan dalam sebuah tulisan kemudian tulisan akan menyerap emosi kita dan kita akan merasa lebih lega.
4. Mengubah Sikap
Permasalahan yang dituliskan dalam sebuah tulisan kemudian akan kita biarkan selama beberapa waktu. Kita bisa membuka kembali tulisan tersebut esok hari atau saat pikiran kita sudah jernih dan beban kita sudah sedikit berkurang.
Hal tersebut bertujuan untuk mereviu apa sih yang sebenarnya terjadi dengan diri kita, bagaimana tindakan kita terhadap suatu masalah dan bagaimana sikap kita menghadapi problematika kehidupan.
Dari situ kita bisa melihat dan melakukan evaluasi. Misal ada sikap yang sebaiknya enggak dilakukan, bisa dikurangi. Sehingga kita jadi lebih bisa hati-hati dalam bersikap dan ini bisa disebut proses pendewasaan diri.
5. Mengenal Bentuk Emosi
Teman Vina tahu nggak sih emosi itu apa? Apakah emosi itu adalah perasaan amarah? Itu memang betul, tetapi emosi bukan hanya tentang amarah tetapi juga perasaan-perasaan yang lain. Bahagia, takut, kecewa, terkejut, sedih, itu merupakan sebuah emosi.
Menuliskan perasaan kita dalam suatu tulisan tentu kita akan mengenal emosi-emosinya. Untuk apa sih kita mengenal emosi kita sendiri? Jawabannya adalah supaya kita lebih bisa meregulasi emosi dan mengendalikan emosi dalam menindak suatu permasalahan.
Sebab, emosi yang nggak terkendali biasanya terjadi tanpa kesadaran. Pernah enggak, Teman Vina menyesali tindakan akibat emosi sendiri? Pasti rasanya enggak enak banget, 'kam?
6. Berpikir Jernih terhadap Suatu Masalah
Dengan menulis kita menuliskan permasalahan yang terjadi dalam hidup kita titik kadang-kadang kita bingung untuk mulai dari mana menyelesaikan masalahnya. Nah, Teman Vina bisa mulai menulis dari mana pun.
Apa yang dipikirkan dan dirasakan saat itu langsung tuliskan aja. Setelah itu biarkan dan rehat sejenak pada masa itu kita mencoba untuk menenangkan pikiran dan sejenak melupakan masalah yang ada.
Setelah itu kembali ke tulisan dan baca apa yang kita tulis. Mungkin itu nggak mudah, tetapi realitasnya itulah yang terjadi. Namun, seenggaknya kita bisa berpikir dengan jernih terhadap suatu masalah sehingga bisa memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Writing is Healing: Kita Berhak Bahagia
Semua orang di dunia ini berhak bahagia kok. Namun, kadang enggak semua orang memahami kalau kebahagiaan itu bukan hidup yang memberikan, melainkan diri kita sendiri yang menciptakan.
Bagi aku bahagia itu bukan tentang kita merasakan bahagia secara utuh, tetapi bahagia itu ketika kita bisa melalui masalah dan menerima masa lalu. Ini memang enggak mudah, tapi itulah cara hidup menjadikan kita sebagai manusia kuat.
Namun, manusia memang enggak sempurna, wajar ketika manusia mengalami up and down dalam kehidupan. Dari sini mengajarkan kita bahwa hidup itu bukan tentang kebahagiaan dan kesedihan.
Hidup itu adalah wadah, cerita, berisi tantangan dan rintangan yang harus kita hadapi. Kita sebagai pemeran utama dalam kehidupan kita bagaimana menghadapi konflik dan bersiap akan sebuah ending dari cerita kita sendiri.
Jadi, ketika nggak ada seorangpun yang bisa memahami dan mengerti kita. Dunia enggak berhenti di situ saja. Bukankah kita punya kita untuk survive? Kadang-kadang tulisan adalah teman terbaik.
#IndscriptBandung
#IndariMastuti
#IndscriptCreative