Berpijak di Tanah lalu Kembali ke Tanah
SELAMAT JALAN untuk pria paling hebat, memberi persinggahan, lalu singgah, hingga kembali ke persinggahan yang sejatinya. Lima puluh tujuh tahun, sejarah telah mengukir jejak perjalanan. Ke mana langkah kokoh itu bergerak, tanah menjadi saksi akan lika-liku jalanan yang kita sama-sama tahu, tidak semulus itu.
Kita seperti cerita dengan naik turun tempo yang tidak beraturan. Nahas, terlalu banyak tempo yang menukik tajam lalu dihempas ke bawah menyentuh tanah. Lagi-lagi tanah menjadi saksi menukik terhempasnya cerita kita.
Mungkin karena sudah habis waktunya untuk memijaki tanah. Lembaran-lembaran sudah tidak bisa diperbarui lagi. Hanya tersisa satu lembar kosong, hanya satu hari sisa perjalanan di dunia ini. Sampai kembali dalam tanah, lembaran telah terisi penuh, hingga pusara meninggi, maka lembaran itu telah tertutup.
Pada akhirnya, buku dengan kisah hidupmu itu hanya akan dibuka berulang kali. Kisah kita bermula di kala aku menangis menyambutmu, waktu itu aku haru akan memulai lembaran baru. Sampai di lembaran terakhir, aku harus melepasmu pergi, tetapi maaf karena aku harus tetap menangis.
Hari ini aku banyak diam, pikiran dibawa melayang-layang tentang hari kemarin. Pria paruh baya berdiri, memang, sedikit pucat wajahnya. Namun itulah wajah beliau sehari-hari setelah keadaan mengharuskannya menjadi orang tua yang sakit. Andai saja, aku tahu, tentang hari esok adalah hari terakhir kau berpijak di tanah, hari terakhir berdiri di hadapanku, hari terakhir berbicara padaku, dua lembar terakhir yang akan habis. Akan kucari ribuan, ratusan, jutaan lembar kertas untukmu. Kuakan berbicara pada tanah untuk membiarkan kedua kaki pria itu berpijak dan melangkah lebih lama. Aku akan meminta pada Rahb, tolong beri waktu lebih lama lagi.
Nahas, kematian bersifat rahasia Rabb, misteri yang tidak akan pernah bisa disangka. Udara pun tidak tahu, kapan sessorang kapan untuk terakhir kali menghirupnya di dunia ini. Bahkan, tanah, hanya merelakan dirinya dipijak dan melindungi mereka di akhir kehidupannya. Bagaimana denganku yang bahkan tidak tahu, kapan hari itu akan tiba.
Saat ini pula aku masih berpikir, bagaimana caraku menjalani hari esok. Sementara, aku biasa tahu bahwa kaumasih menghirup udara segar yang sama denganku. Bagaimana caraku menerima kenyataan, bahwa kautidak lagi menghirup udara segar yang sama denganku.
Mungkin pada akhirnya akan terbiasa karena membiasakan diri pada kehilangan yang memang harus dibiasakan. Sebab, keadaan akan selalu memaksa diri untuk membiasakan diri terhadap hal-hal yang di luar dugaan. Termasuk memaksa diri untuk membiasakan diri tentang kautidak lagi berpijak di tanah, tentang lembaran yang tidak lagi bertambah, tentang kita yang sudah tidak bisa bersama lagi.
Maka, tenanglah, berbahagialah bersama perempuan hebat di sana, terima kasih telah merawat dan menjadi orangtua hebat yang menjadi saksi dalam lembaran hidupku.
—tulisan ini didedikasi untuk Papi yang berpulang kemarin dan Mami yang lebih dulu berpulang tujuh tahun lalu.
Ikut bersuka cita, ya, Kak Vina, papi sama mami paati bangga di sana, punya putri yang cerdas dan kuat serta sholihah. Semoga orantua kak vina husnul khatimah dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah ta'ala.
Amiinnn. 🤍
Makasih buat berekpresi kak, kehilangan memang menyakitkan, semoga kakak dan keluarga diberikan kesabaran dan ketabahan untuk menerima takdir dari-Nya.
Kakak Wanita hebat! <3
Aamiin. Makasih banyak, Kak. ^^
turut berduka ya mbak, yang tabah dan sabar mbak, semoga mbak Vina dikuatkan. Begitu tegap aku membaca bagian awalnya, sosok yg tegar
🤍🤍🤍🤍
semangat kak, ikut sedih membacanya T_T
Iyaa jangan sedih', yaaa.
turut beduka cita buat kak vina
semoga keluarga dan kerabat diberikan kekuatan dan ketabahan
semangat kak Vina
Aamiinn. 🤍🤍
Sabar ya yuv💗💗 lu perempuan kuatt , perempuan hebat, allah udah nyiapin hal indah dengan segala cobaan yg udh lu hadapin ini, surga untuk mami dan papi . Tetap jadi anak yg soleha, doa lu sangat di butuhkan disana. Semanagtt yuvinaa 💕🤗
Iyakk, Chinnn. Makasih banyak, yaa. 🤍🤍