Anak Nakal yang Malang

art vector by brgfx (freepik)

ORANG-ORANG tahunya Didin anak nakal yang terlalu banyak perkaranya. Enggak ada henti untuk berbuat ulah, berbuat onar, hampir segala kasus ditandangnya. Didin dikenal sebagai anak yang bebal dan susah diatur. Padahal, bukankah rata-rata anak laki-laki memang susah diatur, ya?

Namun, orang-orang tetap kekeuh memvonis Didin anak yang enggak bisa berubah. Membuat malu keluarga dan menjadi beban keluarga. Enggak ada barang sehari pun dibuat tenang dengan kabar baik dari Didin. Nyatanya, Didin langganan memberikan kabar buruk bagi para pendengar yang enggak mau mendengarnya. 

Akhir-akhir ini sebuah berita lokal tersebar memberitakan dengan headline ‘Puluhan Pelajar Ditangkap akibat Tawuran’. Tanpa disuruh berpikir panjang, orang-orang enggak akan heran kalau Didin menjadi salah satu dari puluhan pelajar tersebut.

Orang-orang lagi-lagi mencuitkan untaian kata-kata yang mengandung kesal dan iba. Kesal kepada para pelaku tawuran, iba kepada keluarga pelaku—terutama orangtua. Orang-orang melek digital itu mengeluhkan perbuatan tersebut dan masa depan para pelaku.

Berita tersebut enggak hanya tersebar satu kali, tetapi juga berkali-kali dengan headline yang berbeda. Akan tetapi, orang-orang masih berdiri di kalimat-kalimat baik mereka. Namun, orang-orang terkadang hanya menilai dari sisi buruk terkait perbuatan yang memang buruk.

Tadi malam, sebuah informasi terkait akan adanya tawuran tersebar. Di sana berisi, orangtua diimbau untuk memantau anaknya agar enggak menjadi salah satu di antara pelaku tawuran tersebut. Namun, Didin enggak mendapatkan imbauan dari orangtua bahkan saudaranya. Didin hanya berkata ada acara malam tadi.

Aku berbeda dengan orang-orang itu. Enggak, aku sama sekali enggak menyetujui perbuatan enggak terpuji. Itu bukanlah kehebatan, melainkan kelemahan. Hanua saja, aku punya sudut pandang yang lebih jauh tentang para pelaku yang rata-rata masih remaja. Aku menelisik apa yang pada akhirnya membuat para pelaku—terutama Didin—terjerembab di ranah jurang.

Manusia memang enggak luput dari kesalahan, tetapi manusia punya batas salah yang bisa ataupun enggak bisa dimaklumi. Namun, di balik sebuah kesalahan biasanya akan ada pemicu. Akan selalu ada sebab di balik akibat yang fatal. Kesalahan enggak melulu datang dari dirinya sendiri. Meskipun mereka memilih untuk melakukan kesalahan itu, kamu tahu enggak, bahwa sebuah pengembangan karakter dapat menentukan seseorang terhadap sebuah pilihan? Apalagi Didin masih remaja.

Didin semenjak kecil mengalami masa-masa yang enggak baik-baik aja. Hampir seumur hidupnya, Didin hidup di tengah-tengah rumah yang runtuh. Didin melewatkan masa-masa yang semestinya dia dapatkan. Didin harusnya mendapatkan satu ruangan utuh tanpa reruntuhan, tetapi Didin saat kecil sudah dipaksa untuk membiarkan dirinya tertimpa puing-puing rumahnya sendiri. Sementara, Didin bukanlah pelaku penghancur rumah persinggahannya itu.

Sejak rumahnya enggak berbentuk, karakter Didin mulai terbentuk menjadi enggak berbentuk. Dia mulai hidup bebas dan menjadi pembangkang. Didin lepas dari pantauan dan perhatian. Didin, dia enggak menumbuhkan karakter yang baik. Namun, Didin anak yang baik. Dia masih bertutur lembut, tetapi pilihan jalannya telah membuyarkannya.

Enggak ada komunikasi yang terjadi antara Didin dan kita. Didin, dia jarang mendapatkan perhatian. Perhatian keluarga disita oleh permasalahan yang memakan waktu lama. Dalam waktu lama itu, Didin mengecap yang pahit, Didin merasa dirinya bukan bagian dari keluarganya.

Didin kini udah remaja, lingkungannya luas dan bebas. Didin hanya diberikn petuah tanpa pantauan apalagi perhatian. Mungkinkah Didin menemukan kasih di lingkungan yang dia pilih? Ini adalah sebuah ironi ya g miris. Ketika keluarga harusnya merengkuh, justru ego memaksa Didin untuk pergi.

Didin memang butuh uang dan makan. Namun, Didin butuh lebih dari itu. Uang dan makan udah menjadi tanggung jawab, tetapi Didin kehilangan tanggung jawab paling penting. Didin kadang-kadang butuh kasih dan sayang, butuh diurusi. Jika Didin melakukan kesalahan akan selalu dianggap salah, jarang dibenahi dan akhirnya menyerah. Didin selalu dituduh anak nakal, akhirnya Didin mengabulkan tuduhan itu.

Didin kerap melakukan kesalahan, hingga akhirnya disalahkan. Berulang kali, seperti siklus tanpa ujung. Didin yang malang, betapa berat hidup menjadi Didin. Didin harus menerima segala tuduhan buruk, lalu menjadi semakin buruk, dan Didin ragu untuk berubah.

Jika orang-orang berkata, dia harusnya bisa berubah! Itu memang anaknya aja yang suka buat masalah!

Enggak. Didin enggak butuh itu. Didin hanya butuh waktunya kembali. Didin hanya butuh kasih sayang yang dulu. Didin hanya ingin merasakan tumbuh kembang dengan pola asuh yang baik. Didin, dia mengalami pertumbuhan karakter yang enggak baik-baik aja sehingga sulit baginya untuk berubah.

Namun, orang-orang enggak mengerti. Orang-orang enggak memahami posisi Didin. Orang-orang hanya tahu Didin anak nakal, tanpa tahu Didin anak yang malang. Nakal memang sebuah pilihan, tetapi pilihan selalu terbentuk karena sebuah karakter dan pola pikir. Karakter dan pola pikir amat butuh tumbuh kembang dan pola asuh yang baik dari orang-orang terdekatnya.

Didin itu anak baik. Sejatinya semua anak baik, hanya saja pengalaman buruk menjadikan karakter mereka ikut enggak baik-baik aja.

Didin itu anak yang baik, tetapi orang-orang dekat di sekitar enggak membantunya tumbuh menjari anak yang baik. Sementara anak yang baik butuh dampingan dan pola asuh yang baik pula.

Didin, dia masih bisa hidup dan berdiri tegak sampai saat ini karena dia telah menjadi manusia kuat. 

Didin memang salah, tetapi orang-orang yang membentuk karakternya seperti itu punya andil untuk ikut bersalah. Namun, dari beberapa orang-orang itu, hanya aku yang tahu dan sadar karena aku tahu bagaimana rasanya berada di posisi Didin.

Please, be patient and I am sorry. 

Next Post Previous Post
1 Comments
  • Wakhid Syamsudin
    Wakhid Syamsudin 14 September 2022 pukul 00.06

    Baca Didin kok mengingatkan pada cerpenku berjudul Piatu. Padahal tokoh utamanya bernama Parmin.

Add Comment
comment url