Kangen Kampung yang Lama
SELAMAT HARI RAYA IDULADHA bagi kita semua yang merayakan. Di hari yang berbahagia ini aku Cuma mqu menulis hal-hal yang sederhana, tentang apa yang aku lakukan hampjr seharian ini. Dari kemarin sih, rencananya mau main ke rumah teman, si Eka, haha. Niatnya sih, mau sampe jam saatu siang, setelah itu aku mau jenguk mbakku. Namun, kadang-kadang hidup tidak sesuai rencana. Pada kenyataannya, abis asar baru jalan ke rumah mbakku, hihi. Tapi ya udahlah, ya, yang penting rencananya enggak gagal total, haha.
Pagi ini aku enggak salat Ied dikarenakan lagi masa-masa bulannya datang, jadi kadang suka sensi bawaan hormon yang enggak stabil, haha. Terus aku mandi, beresin kamar, siap-aiap, makan ketupat, jam sembilan lewat baru deh mesen ojol buat ke rumah Eka. Seperti pernah aku ceritakan bahwa Eka ini tetangga aku dari kecil, kan. Otomatis kalau main ke rumah Eka pasti berasa nostalgia mengingat rumah Eka engga jauh dari rumahku yang dulu.
Aku beruntung dan bersyukur banget pernah di lingkungan yang tetangganya super ramah, berasa tinggal di lingkungan keluarga karena memang kekeluargaannya sekental itu. Dari ujung sampai ke ujung pasti kenal semuanya, enggak ada yang sibuk rumah aja, pasti kalau sore sampai malam jalanan daerah situ rame. Banyak anak muda yang seumuean jadi bisa main bareng atau sekadar ngobrol di gardu. Ada banyak sekali anak-anak kecil yang berkeliara di setjap jalanan menjadikan kampung ini terasa ramai. Maka itu, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sana, seperti mereka membuat komunitas remaja islam masjid, aku dan adiku pernah menjadi salah satu anggotanya. Ada juga hadroh yang diisi anak-anak risma (remaja masjid), setiap ada kegiatan tujuh belasan pasti rame banget. Main sama teman-teman sekampung sampai malam pun enggak takut. Yang paling dikangenin kalau sore waktu kecil ngaji di musala Al-Muttaqin (ini tepat di depan rumah Eka), terus pas udah dewasa gantian ngajar ngaji anak-anak di Al-Muttaqin atau di Musala Al-Mukmin yang sekarang sudah menjelma menjadi masjid.
Setiap ke sana, aku selalu berasa pulang, tetapi enggak pulang juga, haha. Bawaan sedih, tapi seneng juga. Kayak suatu saat pengin tinggal di sana lagi. Berbaur sama temen-temen di sana. Dj sana bangak warung, banyak masjid, lapangan pun ada dua, haha. Ada lapangan merah yang luas banget biasa dipakai buat main bola (ini enggak jauh dari rumahku yang lama), ada juga lapangan voli (ini juga enggak jauh dari rumahku yang lama). Kedua lapangan itu sering dijadikan tempat untuk lomba tujuh belasan. Kalau di lapangan voli itu lebih sering buat acara debus atau acara kuda lumping, yang kalau pakai baju merah dikejer, hahaha. Aaakkk, aku kangen banget tinggal di sana lagi, heuehu.
Sekarang cuma bisa jadi pengunjung, bukan lagi penduduk di sana. :” Memang tidak banyak berubah, yang berubah hanya musala yang tiba-tiba sudah jadi masjid, kabarmya sih kata Eka, musala Al Muttaqin mau direnovasi. Wah, makin jaya aja ini kampungku. Banyak banget kenangan di sana dari aku umur 7 tahun sampai 21 tahun. Rumahnya, tetangganya, lingkungannya, kegiatannya, semua itu hanya tinggal kenangan yang sudah tidak bisa dicicip lagi.
jadi kangen pulang kampung yang vina.. suasana nya ga jauh berbeda dengan kampung saya,.. rindu pulang
Huhu iyaa kak
Tetangga yg baik juga merupakan rezeki yang luar biasa nikmat. Apalagi plus dekat dengan masjid, masyaAlalhu tabarakallahu
Asli kak tetangganya pada loyal parah heuheu
Baca ini aku jadi ingat kampung tempat tinggal mama ku waktu kecil, udah lama banget nggak ke sana, udah bertahun-tahun. Semoga suatu hari nanti aku sama keluarga ku bisa ke sana, soalny rindu banget
Ntar liburan pulkam ya sull