Sebuah Premis Kehidupan

LAYAKNYA PREMIS kehidupan akan terasa monoton tanpa sebuah keinginan. Kita dilahirkan atas sebuah keinginan dan akan tumbuh pula bersama keinginan. Setiap hari, tidak ada hentinya untuk mengunjuk ingin akan ini dan itu, lalu berusaha untuk mendapatkannya. Pun, layaknya sebuah premis pula, bahwa setiap keinginan tidak melulu berjalan mulus. Akan selalu ada hambatan yang membuat kita harus berjuang lebih keras untuk menemukan solusinya.

Meskipun kehidupan menjadi lebih banyak jalanan yang berbelok, tetapi tidak selamanya keinginan harus dituruti. Bahkan, keinginan bukanlah sesuatu hal yang mesti diprioritaskan. Sebab, kadang-kadang keinginan hanya berpusat pada pencapaian yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Keinginan akan selalu bersorot pada apa yang kita mau, dan kemauan itu kadang-kadang tidak diperlukan dalam suatu hal.

Ketika sang tokoh membutuhkan want dan need untuk mengembangkan cerita bahkan karakternya, maka begitulah manusia semestinya dapat menyeimbangkan keinginan dan kebutuhan. Betul-betul harus pandai memilah-milah, mana saja yang mesti dimasukkan ke dalam list keinginan dan mana yang memang harus berada di jajaran list kebutuhan. Seperti yang kukatakan sebelumnya, bahwa keinginan akan lebih baik tidak dijadikan prioritas. Sebab, prioritas lebih membutuhkan apa yang kita butuhkan.

Memangnya, keinginan dan kebutuhan itu maknanya apa sih? Mengapa sepenting itu untuk dibahas dan dipelajari? Menurutku, dua hal ini termasuk dalam pelajaran bidup yang harus dipelajari selamanya karena akan bergantung pada bagaimana kita melangsungkan hidup. Kurasa ada baiknya kita sama-sama harus memahami definis dari keinginan dan kebutuhan yang bagaikan satu kesatuan, tetapi tidak selamanya bisa bersama. (seperti aku dan dia yang diharapakan dapat bersama-sama karena rasa butuh).

Menurut KBBI, keinginan adalah perihal ingin; hasrat; kehendak; harapan: supaya ~ kita terkabul marilah kita berdoa bersama-sama. Sementara kebutuhan adalah yang dibutuhkan; yang diperlukan. Dijabarkan oleh kmp.kontan.co.id bahwa keingunan dan kebutuhan memiliki makna yang berbeda. Berdasarkan motivasi, kebutuhan adalah sesuatu yang harus dimiliki, sementara keinginan adalah sesuatu yang diharapkan untuk dimiliki. Disebutkan juga bahwa yang membedakan adalah kebutuhan itu terbatas sementara keinginan tidak memiliki batas. Maka, keinginan perlu untuk di-keep dan disesuaikan dengan kebutuhan supaya seimbang dan saling melengkapi.

Seperti yang kita ketahui, bahwa kebutuhan terbagi menjadi tiga kategori. 

Kebutugan primer, yaitu kebutuhan pokok yang menyangkut sandang, pangan, dan papan, kebutuhan primer menjadi hal utama yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup. 

Kebutuhan sekunder, yaitu mebutuhan yang sifatnya dapat dikesampingkan bila tidak terlalu perlu, artinya disesuaikan dengan gaya hidup dan pendapatan manusianya, jika kebutuhan primernya adalah membeli baju, untuk memilih motif, gaya baju, dan semacamnya termasuk kebutuhan sekunder. 

Kebutuhan tersier, yang berupa hal-hal mewah, artinya ketika mampu untuk dilakukan dan diraih maka lakukanlah, tetapi tetap harus memerhatikan yang tidak seharusnya dituruti supaya tidak terbuang sia-sia.

Aku akan coba ambil permisalan yang dekat dengan kita. Ketika kita mencintai seseorang, kita mempunyai keinginan untuk dicintai kembali. Kadang-kadang kita lupa perihal kebutuhan untuk diri kita sendiri. Dalam hal ini, kebutuhan yang dimaksud adalah kesehatan hati yang sedang menghadapi fase mencintai seseorang, entah orang itu tahu atau tidak, pun entah orang itu memiliki rasa yang sama dengan kita atau sebaliknya. Rasa butuh di sini lebih ke peduli pada diri kita sendiri, sayang dan cinta pada diri kita sendiri, itulah yang dibutuhkan. Sebab, mengharapkan orang itu mencintai kita hanya akan mendapatkan kabar baik atau sebaliknya, kabar buruk. Namun, dengan adanya rasa butuh tadi, yaitu dengan cara mencintai diri sendiri, kita akan lebih aware dan tahu batasan-batasan dalam mencintai seseorang.

Contoh lainnya, yang amat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Makan dan minum adalah sebuah kebutuhan yang memang harus dilangsungkan manusia demi bertahan hidup. Lalu, keinginannya akan berpusat pada makanan apa yang mau dimakan? Semisal nasi pakai berisi protein, sayuran, dan minuman semisal air putig, air teh hangat, dll. Namun, hal itu menjadi tidak seimbang ketika keinginan lebih mendominasi dari kebutuhan, seperti lauk yang berlebihan atau karbo yang banyak, air minum (selain air putih) lebih dari dua. Alhasil, kelangsungan hidup akan terganggu, bukan?

Keinginan memang tidak lepas dari apa-apa yang harusnya dipenuhi. Moslow sendiri membagi kebutuhan menjadi lima tingkat, yakni kebutuhan fisiologis terkait kebutuhan makan, minum, oksigen, dll, yang dapat mempertahankan hidup, kebutuhan rasa aman baik berupa fisik dan psikis, kebutuh rasa kasih sayang yang mana hal ini kita butuh untuk dicintai dan mencintai bukan hanya kita yang mencintai, kebutuhan penghargaan yaitu kita butuh apresiasi atas apa yang kita raih, kebutuhan aktualisasi diri dengan mempartisipasikan diri terhadap lingkungan untuk mengaktualisasikan diri. Artinya kebutuhan memang menjadi keperluan diri kita secara utuh baik lahir dan batin, baik raga dan jiwa, baik hati dan pikiran.

Dari penjabaran di atas bahwa kebutuhan lebih utama dibanding keinginan. Bukan berarti keinginan tidak boleh diupayakan untuk dimiliki, hanya saja kita mesti pintar-pintar mengelolanya. Kita harus dapat mengendalikan apa yang kita mau, jika tidak bisa maka kelangsungan hidup tidak seimbang. Akan lebih baik, jikalau keinginan tersebut mendukung apa-apa yang memang kita butuhkan. Artinya, kebutuhan adalah sesuatu yang harus diprioritaskan karena menyangkut kebertahanan hidup manusia. Sementara keinginan dapat diupayakan setelah kebutuhan kita benar-benar terpenuhi, sehingga hidup menjadi sejahtera untuk dijalani.

Kalau kata Kak Wince (salah satu penulis blog yang kebetulan sedang sama-sama berjuang untuk lulus OPREC ODOP) dalam salah satu tulisannya yang berjudul Dari Genggaman Pasir, di sana beliau menuliskan bahwa pasir mengingatkan kita untuk tidak bisa menggenggam suatu perkara dalam satu genggaman. Artinya adalah tidak semua keinginan bisa diraup dalam satu semua dalam satu genggam seperti genggaman pasir yang pada akhirnya akan jatuh juga.

Tulisan ini pun berangkat dari kalimat tersebut dan sempat dibahas di grup Bhineka (salah satu kelompok di OPREC ODOP). Hal itu pula yang menjadi pengingat untuk diriku sendiri untuk lebih aware lagi dalam menyeimbangkan antara meinginan dan kebutuhan. Bahwasanya, manusia itu membutuhkan rasa butuh, bukan melulu soal keinginan yang kadang-kadang hanya akan memupuk harapan yang tidak kunjung tergapai.


Referensi:

https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/pentingnya-membedakan-kebutuhan-dan-keinginan

https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/perbedaan-kebutuhan-dengan-keinginan/amp/


Next Post Previous Post
2 Comments
  • Nita
    Nita 12 Juli 2022 pukul 16.42

    MasyaAllahu...betul sekali...hidup ini layaknya genggaman pasir, ada bagian yg harus kita ikhlaskan jika tak tergenggam semua. Semoga kita semua bisa terus bersabar, yaa..

    • sudut pandang vina
      sudut pandang vina 23 Juli 2022 pukul 23.11

      Aamiinnnn

Add Comment
comment url