Seni Mendengarkan: 7 Cara Menjadi Pendengar yang Baik!

Cara menjadi pendengar yang baik
art vector by pch.vector (freepik)
MENDENGAR udah menjadi hal yang biasa dilakukan sehari-hari. Namun, apalah kita udah menjadi pendengar yang baik untuk orang lain? Lantas, bagaimana cara menjadi pendengar yang baik?

Pernah enggak, tiba-tiba teman menceritakan kisahnya. Kemudian, respons kita seperti apa, ya? Apakah itu membuat dia nyaman atau sebaliknya?

Atau pernah enggak ketika kita lagi menceritakan isi hati kita ke seseorang. Namun, kita enggak nyaman karena responsnya seakan-akan enggak menghargai kita?

Heum, pasti pernah dong, ya, berada di posisi tersebut. Artinya hidup kita, kadang-kadang butuh untuk tau cara mendengarkan yang baik. 

Loh, memangnya selama ini kita enggak mendengarkan dengan baik? 

Eits, tahan dulu, ya, teman-teman! Mendengar itu bukan hanya menangkap suara, melainkan bagaimana cara kita memahami dan mengerti apa yang udah didengarkan. 

Kebanyakan dari kita hanya sekadar mendengar aja, tetapi lupa untuk menjadi pendengar aktif. Padahal menjadi pendengar yang baik itu penting banget, teman-teman!

Oleh karena itu, kita mesti tau cara menjadi pendengar yang baik itu bagaimana, ya?

Cara Menjadi Pendengar yang Baik, Meringankan Beban Orang Lain

Mendengarkan orang lain artinya kita hanya memaksimalkan pancaindra telinga. Namun, menjadi pendengar yang baik artinya kita tengah memaksimalkan diri kita. 

Untuk menjadi pendengar yang baik, ada banyak hal yang mesti diperhatikan. Enggak hanya memberi telinga, tetapi memberi waktu, hati, dan pikiran untuk pencerita. 

Tau enggak sih, kalau kita menjadi pendengar yang baik artinya kita telah membantu pencerita mengurangi beban, loh. Secara enggak langsung, kita udah jadi psikolog buat dia. 

Banyak sekali sebuah video beredar menjelaskan bahwa psikolog bertugas mendengarkan seluruh isi hati pencerita. Sebab, pencerita hanya ingin didengarkan. 

Dengan begitu, kita bisa membantu teman-teman yang curhat dengan menjadi psikolog amatir. Hanya duduk untuk mendengarkan dengan aktif. 

Lantas, bagaimana cara menjadi pendengar yang baik untuk orang lain? 
Pendengar baik
art vector by syahrifabrit (freepik)

1. Dengarkan sampai Habis

Ketika teman tengah bercerita atau melakukan sesi curhat. Tugas kita hanya mendengarkan ceritanya sampai habis. Jangan pernah memotong pembicaraannya. 

Hal tersebut juga merupakan salah satu etika dalam berkomunikasi. Jika Ingin bertanya, carilah momen yang tepat seperti ceritanya memiliki jeda dan masih menyambung. 

Memotong pembicaraan hanya akan membuat penderita merasa enggak nyaman. Alih-alih merasa lega, bisa-bisa jadi menahan kesal terhadap kita dan membuatnya makin beban. 

Nah, agar teman kita enggak mengalami kejadian seperti itu, ada baiknya untuk mendengarkan sampai cerita benar-benar habis, ya.

Mana tau pertanyaan kita ternyata akan terjawab nantinya. Bagaimanapun pencerita tengah mengeluhkan isi hati, bukan memaparkan cerita yang sistematis. 

2. Melakukan Kontak Mata dan Mencondongkan Tubuh

Menjadi pendengar yang baik, enggak hanya menghadirkan telinga sebagai alat pendengar. Akm tetapi, ada pandangan yang harus terkontak dan gerak-gerik tubuh yang peduli. 

Ketika teman sedang bercerita, coba untuk tatap matanya dengan penuh perhatian. Jangan menatap tajam, apalagi menatap dengan maksud meremehkan ceritanya. 

Sesekali boleh menatap ke arah lain satu atau dua detik aja kemudian kembali lagi ke mata sang teman. 

Enggak hanya itu, gerak-gerik tubuh kita pun mesti memberi perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara. Misalnya sedikit mendorongku tubuh untuk menyimak. 

Bila perlu, kita bisa menepuk atau mengelus pelan pundaknya di saat emosi cerita sedang naik. Mengangguk-angguk kecil pun sebagai sinyal kita memahami inti ceritanya. 

Kita memang harus menahan bicara selama teman masih bercerita. Namun, gestur kecil dan enggak berlebihan juga diperlukan sebagai reaksi aktif terhadap ceritanya. 

3. Mengesampingkan Ego

Selain oancaindra dan tubuh, ada ego yang mesti dikendalikan. Ketika kita menyediakan diri sebagai tempat curhat, udah saatnya untuk menyingkirkan ego kita. 

Untuk beberapa menit ke depan, enggak ada salahnya untuk mendedikasikan waktu kita untuk curhatan teman. Sebab, mereka butuh tempat untuk didengarkan. 

Selama bercerita, usahakan untuk menahan ego. Jangan pula kita memasukkan diri kita di tengah-tengah cerita teman yang walaupun kita pernah merasakannya. 

Contohnya, saat teman bercerita sedang patah hati, tiba-tiba kita menimpali bahwa kita juga pernah patah hati. Alhasil, cerita jadi enggak fokus dan teman pun terganggu. 

Hal paling pantang yang harus dihindari adalah mengadu nasib. Ini nyata dan sering terjadi di negara plus enam dua. Akibatnya, banyak dari kita yang enggan bercerita karena takut diadu. 

Kalau teman lagi berkeluh tentang perasaan patah hatinya, jangan pernah sekali pun kita mengatakan, "Ah, kamu mah masih mending, lah aku?", "Cerita kamu enggak ada apa-apanya dibanding aku!"

Heum, kurang-kurangin sikap seperti itu, ya! Perlu diingat bahwa teman bercerita itu hanya untuk didengarkan bukan untuk diadu ceritanya.

Cara menjadi pendengar yang baik satu ini enggak boleh dilewatkan karena seseorang jadi sulit mencari tempat curhat karena sering diadu. 

4. Memposisikan Diri sebagai Pencerita

Cara menjadi pendengar yang baik satu ini mungkin agak sulit. Akan tetapi, hal ini cara yang baik untuk mendengarkan cerita lawan bicara kita. 

Coba untuk merasakan ada di posisi si lawan bicara. Bayangkan jika kita merasuk ke dalam curahan hati sang teman. Hal ini akan mudah dalam membangun simpati dan empati. 

Kadang-kadang kita jadi gampang berprasangka karena kita enggak mencoba untuk memahami dan mengerti isi hatinya. Akhirnya mulai berasumsi sendiri. 

Apa pun yang diceritakan meskipun terdapat kalimat kontradiktif dengan pikiran kita. Cukup untuk pahami dan mengerti lebih dulu, mungkin itu enggak mudah bagi dia. 

Masing-masing orang punya pendapat dan kemampuan yang berbeda. jadi, wajar kalau misal kita memiliki perbedaan dengan lawan bicara terhadap suatu pandangan.

Namun, saat menjadi pendengar baik, enggak masalah untuk memposisikan diri. Enggak harus menyalahkan atau beradu argumen, ya!

5. Hindari Gangguan Gadget

Nah, ini dia paling penting. Di era digital saat ini, ponsel udah jadi kebutuhan wajib dan khusus bagi setiap orang. Sebab, hampir semuanya serbadigital. 

Namun, pada waktu-waktu tertentu ada kalanya untuk setop memainkan ponsel. Apalagi pada saat-saat yang mana gadget dapat mengganggu fokus dan memperlihatkan kualitas diri. 

Pendengar yang baik tentu akan menyingkirkan ponsel miliknya untuk mendengarkan dengan baik cerita lawan bicara. Walaupun kita bisa multitasking, tetapi tetap aja itu enggak etis. 

Fokuslah pada matanya dan buka telinga untuk menerima segala ceritanya. Bila perlu, masukkan ponsel ke dalam tas agar enggak ada gangguan. 

Jauhkan juga dari jangkauan media sosial. Sebab, akan pecah konsentrasi kalau mendengar sambil scrolling-scrolling media sosial. 

6. Jangan Mudah Menghakimi

Namanya manusia enggak pernah luput dari kesalahan. Begitu pun juga dengan kita dan lawan bicara. Pendengar yang baik enggak akan menyalahkan dan menghakimi. 

Kadang-kadang sambil mendengarkan, kita harus memproses terlebih dulu untuk menemukan makna yang sebenarnya. Akan selalu ada alasan di balik sebuah kesalahan.

Balik lagi, dengan kita mencoba memposisikan diri sebagai lawan bicara. Mungkin, kita akan dapat memahami maksud dari inti cerita dan masalah yang terjadi. 

Hal paling krusial, jangan pula kita menghakimi lawan bicara kurang iman karena masalah yang terjadi. Tentu ini adalah privasi dan akan menyakiti teman kita.

Memang, udah sebaiknya sebagai sesama muslim saling mengingatkan untuk meningkatkan iman. Akan tetapi, harus dengan cara yang benar dan di waktu yang tepat. 

Di saat seperti ini tentu bukan waktu yang tepat. Sebab, lawan bicara dalam kondisi hati yang enggak stabil dan pikiran enggak jernih karena dipenuhi masalah.

Kalau dituduh kurang beriman juga rasanya enggai etis. Cara elegannya, setelah selesai mendengarkan dan bercerita, bisa ajak temannya untuk beribadah agar makin tenang. 

7. Beri Semangat dan Sedikit Solusi/Nasihat yang Baik

Sejatinya, mereka yang butuh tempat cerita adalah mereka yang hanya ingin didengarkan. Kadang-kadang mereka udah tau solusinya dan enggak terlalu membutuhkannya. 

Namun, kadang-kadang sebagai teman yang baik merasa teman kita butuh solusi. Atau kita merasa ingin memberi saran yang membantu. Enggak ada masalah untuk mengungkapkannya. 

Akan tetapi, tetap harus perhatikan cara kita bertutur dalam memberikan nasihat secara elegan tanpa harus menyakiti. Berhati-hati pula dalam mengungkapkannya. 

Enggak perlu memaksa saran kita harus diikuti, pada akhirnya teman kitalah yang memutuskan dan tau risiko dan konsekuensinya. 
Oendengar baik berkualitas
art vector by syahrifabrit (freepik)
Menjadi pendengar yang baik merupakan sebuah kegiatan yang mulia. Di sana, kita tengah membantu meringankan beban seseorang. Di sisi lain, kita mesti mengesampingkan ego untuk menjadi pendengar baik. 

Niat tulus tanpa balas budi adalah fondasi penting dari cara menjadi pendengar yang baik. Dengan niat tulus, beberapa cara di atas pasti akan mudah untuk dilakukan. 

Di saat mendengarkan ini kita juga dapat belajar. Belajar menghargai dan menghormati orang lain. Sebab, orang lain pun akan merasa berharga dan nyaman bersama kita

Dengan menjadi pendengar baik, ada nilai hidup mahal yang kita terima. Kita jadi belajar dari pengalaman dan cerita orang lain. Selain itu, dapat meningkatkan rasa bersyukur. 

Kalau orang tersebut mendatangi kita di saat butuh aja yaitu di saat butuh tempat curhat. Enggak masalah, percayalah bahwa Tuhan tau kebaikan kita. Ketulusan akan menuntun kita pada hal baik. 

Yuk, terapkan cara menjadi pendengar yang baik untuk sebagai ajang saling membantu dan meningkatkan value diri sendiri!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url